Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman Baabduh
Setiap kebenaran dan yang diridhai Allah, niscaya akan mengundang barakah-Nya. Demikian pula dakwah tauhid.
Di antara bentuk rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap
hamba-hamba-Nya adalah dimunculkannya para ulama yang tampil untuk
menegakkan Al-Haq dan mengajarkannya kepada umat, serta mengembalikan
mereka kepada bimbingan Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman
Salaful Ummah. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا
“Sesungguhnya Allah akan munculkan untuk umat ini setiap awal/penghujung seratus tahun seorang yang memperbaharui dien.” (HR. Abu Dawud)1
Pada setiap generasi pun, Allah munculkan orang-orang yang akan
mengemban amanah ilmu serta menjaganya dari upaya-upaya penyimpangan.
Sehingga tak satu kesesatan pun yang ditebarkan di tengah umat kecuali
para ulama akan tampil untuk membantahnya. Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَحْمِلُ
هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يُنْفُوْنَ عَنْهُ
تَحْرِيْفَ الغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ
الْجَاهِلِيْنَ
“Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya)
dari tiap-tiap generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini
dari:
(1) Tahriful Ghalin (pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstrimis).
(2) Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama)
(3) Ta`wilul Jahilin (Pena`wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang yang jahil)” 2
(1) Tahriful Ghalin (pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstrimis).
(2) Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama)
(3) Ta`wilul Jahilin (Pena`wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang yang jahil)” 2
Di antara para ulama besar tersebut sekaligus sebagai salah satu
Mujaddid bagi umat ini adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab
bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi rahimahullahu. Beliau berdakwah untuk memurnikan tauhid umat yang ketika itu telah banyak diracuni oleh kesesatan aqidah tashawwuf yang mengarah kepada kesyirikan.
Berbagai bentuk praktek amalan yang menyelisihi Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelimuti negeri Najd khususnya dan negeri-negeri yang lainnya pada waktu itu. Dengan izin Allah, kemudian perjuangan beliau rahimahullahu,
berbagai bentuk kesyirikan dan bid’ah di negeri Najd dan sekitarnya
berhasil dikikis secara perlahan. Beliau pun berupaya untuk menegakkan
syariat Islam dan mengajak umat untuk beriman dengan iman yang murni
sesuai dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Iman yang bersih dari aqidah sesat wihdatul wujud, bid’ah aqidah Asy’ariyyah dalam perkara Al-Asma` wash Shifat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala,
serta kesesatan aqidah Khawarij, Mu’tazilah, Jahmiyyah, Syi’ah dan yang
lainnya. Sehingga aqidah Ahlus Sunnah dan salafush shalih benar-benar
tumbuh subur di negeri Najd.
Dengan itu semua, beliau telah merealisasikan syarat-syarat terwujudnya janji Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi umat ini yang termaktub dalam surat An Nur: 55, sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya.
Memang benar telah tegak sebuah Daulah Islamiyyah yang berasaskan
tauhid dan Sunnah, sebagaimana kita saksikan sekarang, yaitu Al-Mamlakah
Al-’Arabiyyatus Su’udiyyah.
Persaksian Ulama-ulama Besar Ahlus Sunnah tentang Daulah Tauhid Ini
1. Persaksian Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullahu:
“Negara Saudi Arabia ini adalah Daulah Islamiyyah, walillahil hamdu. Daulah ini memerintahkan kepada yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar. Daulah ini juga menyeru untuk berhukum kepada syariat (Islam, pent)….”
Beliau berkata pula: “Sesungguhnya permusuhan terhadap daulah ini berarti permusuhan terhadap Al-Haq dan tauhid. Negara manakah yang sekarang menegakkan tauhid (selain daripada Saudi Arabia, pent.)?”
“Negara Saudi Arabia ini adalah Daulah Islamiyyah, walillahil hamdu. Daulah ini memerintahkan kepada yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar. Daulah ini juga menyeru untuk berhukum kepada syariat (Islam, pent)….”
Beliau berkata pula: “Sesungguhnya permusuhan terhadap daulah ini berarti permusuhan terhadap Al-Haq dan tauhid. Negara manakah yang sekarang menegakkan tauhid (selain daripada Saudi Arabia, pent.)?”
2. Persaksian Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu:
“Negeri ini, sebagaimana yang kalian ketahui, adalah negeri yang berhukum dengan syariat Islam.”
“Negeri ini, sebagaimana yang kalian ketahui, adalah negeri yang berhukum dengan syariat Islam.”
3. Persaksian Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu:
“Aku memohon kepada Allah untuk melanggengkan nikmat kepada bumi Al-Jazirah dan seluruh negeri muslimin, dan agar (Allah) menjaga daulah tauhid ini dengan kepemimpinan Khadimul Haramain Al-Malik Fahd, dan semoga Allah memanjangkan umur beliau dalam ketaatan dan perkara yang tepat…”
“Aku memohon kepada Allah untuk melanggengkan nikmat kepada bumi Al-Jazirah dan seluruh negeri muslimin, dan agar (Allah) menjaga daulah tauhid ini dengan kepemimpinan Khadimul Haramain Al-Malik Fahd, dan semoga Allah memanjangkan umur beliau dalam ketaatan dan perkara yang tepat…”
4. Persaksian Muhadditsul Yaman Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu:
“Wajib atas setiap pribadi muslim di seluruh negeri Islam untuk bekerja sama dengan pemerintahan (Saudi Arabia, pent) ini, walaupun sekedar sebuah ucapan yang baik. Karena musuh negeri ini sangatlah banyak, dari dalam maupun dari luar… Dan para ulama suu` menjelekkan pemerintahan Saudi ini bahkan mungkin mengkafirkannya… Dan kaum hizbiyyah itu jahat, mereka mempersiapkan diri untuk menyerang negeri ini (Saudi Arabia, pent) kapan saja mereka mampu melakukannya. Maka seharusnya mereka tidak diberi kesempatan sedikitpun dan tidak dibantu dalam kebatilan mereka tersebut.”
“Wajib atas setiap pribadi muslim di seluruh negeri Islam untuk bekerja sama dengan pemerintahan (Saudi Arabia, pent) ini, walaupun sekedar sebuah ucapan yang baik. Karena musuh negeri ini sangatlah banyak, dari dalam maupun dari luar… Dan para ulama suu` menjelekkan pemerintahan Saudi ini bahkan mungkin mengkafirkannya… Dan kaum hizbiyyah itu jahat, mereka mempersiapkan diri untuk menyerang negeri ini (Saudi Arabia, pent) kapan saja mereka mampu melakukannya. Maka seharusnya mereka tidak diberi kesempatan sedikitpun dan tidak dibantu dalam kebatilan mereka tersebut.”
5. Persaksian Asy-Syaikh Hammad Al-Anshari rahimahullahu:
“Sejak penghujung Daulah ‘Abbasiyyah sampai beberapa waktu yang lalu, negara-negara Islam berada di atas aqidah Asy’ariyyah atau Mu’tazilah. Oleh karena itu, kita meyakini bahwa Daulah Saudi Arabia ini telah menyebarkan aqidah salafiyyah, aqidah para salafush shalih, setelah beberapa waktu lamanya sempat terputus dan terjauhkan dari aqidah tersebut kecuali sedikit orang saja.”
“Sejak penghujung Daulah ‘Abbasiyyah sampai beberapa waktu yang lalu, negara-negara Islam berada di atas aqidah Asy’ariyyah atau Mu’tazilah. Oleh karena itu, kita meyakini bahwa Daulah Saudi Arabia ini telah menyebarkan aqidah salafiyyah, aqidah para salafush shalih, setelah beberapa waktu lamanya sempat terputus dan terjauhkan dari aqidah tersebut kecuali sedikit orang saja.”
Dari negeri tauhid dan sunnah ini telah muncul manfaat yang sangat
besar bagi umat Islam di seluruh dunia. Hal ini terwujud dalam berbagai
bidang, antara lain:
1. Bidang keilmuan
Negeri ini menjadi mercusuar ilmu-ilmu Islam dan aqidah Ahlus Sunnah. Di dalamnya dipenuhi para ulama kibar (besar) dari dalam maupun luar. Sejak masa Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu hingga masa kini, terus bermunculan para ulama besar yang membimbing umat di seluruh dunia. Betapa besar kebutuhan umat terhadap ilmu, fatwa dan bimbingan mereka. Buku-buku dan karya ilmiah mereka memenuhi dunia. Dibaca dan disimak oleh kaum muslimin. Tercatat sekian nama besar ulama dunia yang telah belajar dan menimba ilmu dari mereka.
Negeri ini menjadi mercusuar ilmu-ilmu Islam dan aqidah Ahlus Sunnah. Di dalamnya dipenuhi para ulama kibar (besar) dari dalam maupun luar. Sejak masa Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu hingga masa kini, terus bermunculan para ulama besar yang membimbing umat di seluruh dunia. Betapa besar kebutuhan umat terhadap ilmu, fatwa dan bimbingan mereka. Buku-buku dan karya ilmiah mereka memenuhi dunia. Dibaca dan disimak oleh kaum muslimin. Tercatat sekian nama besar ulama dunia yang telah belajar dan menimba ilmu dari mereka.
2. Bidang dakwah dan pendidikan
Daulah tauhid ini berupaya dengan sekuat tenaganya untuk menyebarkan aqidah tauhid dan sunnah di seluruh penjuru dunia. Hal itu mereka lakukan dengan:
Daulah tauhid ini berupaya dengan sekuat tenaganya untuk menyebarkan aqidah tauhid dan sunnah di seluruh penjuru dunia. Hal itu mereka lakukan dengan:
a. Pengiriman dai-dai ke manca negara.
b. Mendirikan berbagai macam lembaga pendidikan di dalam negeri, yang
memberi kesempatan kepada para pelajar dari berbagai negeri untuk
menuntut ilmu dengan segala fasilitas dan kemudahan yang disediakan
Pemerintah Saudi Arabia, yang mungkin para pelajar tersebut justru tidak
pernah mendapatkannya di negeri mereka masing-masing.
c. Memprakarsai pembangunan lembaga pendidikan di berbagai negeri
mulai dari tingkat madrasah ibtidaiyyah hingga perguruan tinggi dan
pondok-pondok pesantren, baik di benua Afrika, Eropa, maupun Asia. Dana
dan fasilitas pun disediakan demi kelancaran pendidikan tersebut.
Demikian juga kitab dan buku-buku paket ataupun non paket yang dibagikan
secara gratis, di samping adanya beasiswa dan tunjangan lainnya.
d. Pencetakan jutaan eksemplar mushaf Al-Qur`an dengan Rasm ‘Utsmani
dengan bentuk cetakan yang lux dan dibagikan secara gratis ke seluruh
dunia. Dilanjutkan dengan penerjemahan mushaf Al-Qur`an ke dalam
berbagai bahasa dunia, dengan jumlah jutaan eksemplar dan dibagikan
secara gratis pula.
3. Bidang sosial politik dan keamanan
Dakwah tauhid ini, dengan izin Allah, telah berhasil menyatukan
kabilah-kabilah di Najd di atas tauhid dan sunnah. Sehingga mengakhiri
berbagai macam permusuhan berkepanjangan yang ada selama ini . Umat pun
bersatu dalam satu daulah yang mengibarkan panji-panji tauhid dan
sunnah.
Dakwah ini tersebar dan disambut di berbagai negeri, dan menumbuhkan
semangat beragama dan berjihad pada umat Islam yang selama ini terkubur
dalam kubungan syirik, bid’ah, dan khurafat. Hal ini tentu saja menyulut
gelora perlawanan kaum muslimin di berbagai negeri untuk bangkit
berjihad melawan para penjajah kafir, baik di Afrika Utara melawan
Inggris dan Prancis, di Aljazair dan Libya menghadapi Italia, di India
melawan Inggris, termasuk juga di Indonesia dalam menghadapi penjajah
kafir Belanda, serta masih banyak lagi yang lainnya3.
Fenomena ini meresahkan para penjajah kafir Eropa yang selama ini
menjajah negeri-negeri muslimin disertai upaya pemurtadan umat Islam.
Hal ini mendorong negara-negara Eropa untuk menyulut kebencian Daulah
Utsmani terhadap dakwah tauhid ini.
Itulah perjalanan dakwah tauhid dengan segala fenomena dan tantangan
yang mewarnainya. Semua itu mengandung hikmah yang besar. Di antaranya
adalah apa yang Allah sebutkan dalam ayat-Nya:
ألم.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ
يُفْتَنُوْنَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِيْنَ
“Alif Laam Miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sementara mereka tidak diuji
lagi? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka.
Maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 1-3)
Wallahu a’lam.
Wallahu a’lam.
Catatan kaki:
1 HR. Abu Dawud, no. 4291; Abu ‘Umar Ad-Dani 1/45; Al-Hakim 4/522, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu Hadits ini dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 599.
2 Asy-Syaikh Al-Albani dalam Misykatul Mashabih menukilkan penshahihan Al-Imam Ahmad dan Al-’Ala`i terhadap hadits ini.
3 Lihat kitab Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, Dr. Muhammad bin Sa’d Asy-Syuwai’ir hal. 63-74 (cet III/1419 H)
1 HR. Abu Dawud, no. 4291; Abu ‘Umar Ad-Dani 1/45; Al-Hakim 4/522, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu Hadits ini dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 599.
2 Asy-Syaikh Al-Albani dalam Misykatul Mashabih menukilkan penshahihan Al-Imam Ahmad dan Al-’Ala`i terhadap hadits ini.
3 Lihat kitab Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, Dr. Muhammad bin Sa’d Asy-Syuwai’ir hal. 63-74 (cet III/1419 H)
Sumber: http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=336