Syaikh al-Muhaddits, ‘Abdullah bin Shalih al-Ubailan ditanya :
Pertanyaan : “Apa opini Anda tentang peristiwa yang tengah menimpa
kaum muslimin di Gaza termasuk fatwa-fatwa dan penjelasan yang tengah
beredar mengenai peristiwa ini?”
Jawab : Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Alloh, yang kita menyanjung-Nya,
memohon pertolongan dan pengampunan serta taubat-Nya. Kita memohon
perlindungan kepada Alloh dari keburukan jiwa kita dan kejelekan amal
perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, tidak ada
yang mampu menyesatkannya, dan barangsiapa yang dileluasakan dalam
kesesatan tiada yang mampu menunjukinya. Saya bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang berhak untuk diibadahi melainkan hanya Alloh semata, dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Amma Ba’du :
Sesungguhnya, sebenar-benar perkataan adalah Kitabullâh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam.
Seburuk-buruk suatu perkara (di dalam agama) adalah perkara yang
diada-adakan, dan setiap perkara yang diada-adakan (di dalam agama)
adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.
Sebelum saya memberikan tambahan terhadap fatwa yang telah
dikeluarkan oleh sebagian ulama, saya akan menyebutkan dulu apa yang
telah disebutkan oleh para imam ahlus sunnah di zaman ini. Diantaranya
adalah guru-guru kami : Samâhatu asy-Syaikh (guru yang mulia) ‘Abdul ‘Azîz bin Baz, al-‘Allâmah al-Muhaddits (ahli hadits yang luas ilmunya) Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî, Faqîhul Muharror al-‘Allâmah (ahli fikih independen yang luas ilmunya) Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, al-‘Allâmah al-Muhaqqiq (peneliti yang luas ilmunya) asy-Syaikh Shalih bin Fauzân al-Fauzân dan Samâhatu asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin ‘Abdillâh Âlu Syaikh. Termasuk pula Asy-Syaikh al-‘Allâmah al-Mufassir (ahli tafsir yang luas ilmunya) Muhammad al-Amîn asy-Syinqithî serta selain beliau yang berjalan di atas manhaj mereka yang berangkat dari metodologi syar’îyah,
dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kaum muslimin di
zaman ini, bahkan di setiap zaman. Maka saya katakan sembari memohon
taufiq kepada Alloh…
Al-Qur`an telah memberikan petunjuk untuk menyelesaikan tiga
problematika utama yang tengah dihadapi seluruh belahan dunia Islam,
sebagai peringatan bagi lainnya :
Problematika Pertama :
Yaitu kelemahan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, baik dari
sisi jumlah (kuantitas) maupun persiapan di dalam menghadapi kaum
kuffar. Al-Qur`an yang agung telah memberikan solusi atas problematika
ini dengan cara yang paling baik dan tepat. Al-Qur`an menjelaskan bahwa
obat dari kelemahan di dalam menghadapi kaum kuffar adalah dengan cara
kembali kepada Alloh dengan sebenar-benarnya, menguatkan keimanan
kepada-Nya dan bertawakkal hanya kepada-Nya, karena hanya Alloh-lah yang
Maha Kuat, Maha Perkasa lagi Maha Berkuasa atas segala hal. Manakala
seorang muslim termasuk dalam golongan (Hizb)-Nya yang sejati (hakiki),
tidaklah mungkin dia akan dikalahkan oleh kaum kuffar walaupun mereka
(kaum kuffar) memiliki kekuatan yang tidak dimiliki kaum muslimin.
Diantara dalil yang jelas yang menunjukkan hal ini adalah :
Bahwasanya kaum kuffar, tatkala mereka mengepung kaum muslimin dengan membuat blokade militer dalam jumlah besar pada perang Ahzâb sebagaimana yang tersebut di dalam firman Alloh Ta’ala :
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ
وَإِذْ زَاغَتِ الأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ القُلُوبُ الحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ
بِاللهِ الظُّنُونَا*هُنَالِكَ ابْتُلِيَ المُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا
زِلْزَالًا شَدِيدًا
“Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan
ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai
ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
purbasangka. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan
(hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (QS al-Ahzâb : 10-11)
Obat dari keadaan ini adalah sebagaimana yang telah kami sebutkan.
Perhatikanlah bagaimana kuatnya blokade militer dan pengaruhnya yang
besar kepada kaum muslimin, di saat itu pula seluruh penduduk bumi
memboikot mereka secara politis dan ekonomi. Jika Anda telah
mengetahuinya, maka ketahuilah bahwa obat yang akan mengakhiri peristiwa
dahsyat dan menyelesaikan problem besar ini, adalah apa yang dijelaskan
oleh Alloh Jalla wa ‘Alâ di dalam surat al-Ahzâb, firman-Nya :
وَلَمَّا رَأَى المُؤْمِنُونَ الأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا
وَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ
إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang
bersekutu itu, mereka Berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.” (QS al-Ahzâb : 22)
Keimanan yang sempurna dan ketundukan yang totalitas kepada Alloh Azza wa Jallâ
ini, disertai dengan keimanan dan tawakkal kepada-Nya, adalah sebab
yang dapat menyelesaikan problema besar ini. Alloh pun menegaskan buah
dari obat/solusi ini dengan firman-Nya Ta’ala
وَرَدَّ اللهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا
خَيْرًا وَكَفَى اللهُ المُؤْمِنِينَ القِتَالَ وَكَانَ اللهُ قَوِيًّا
عَزِيزًا*وَأَنْزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُمْ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ مِنْ
صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ
وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا*وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرًا
“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan
mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan
apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. dan
adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan dia menurunkan orang-orang
ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang
bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan dia memasukkan rasa takut ke
dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain
kamu tawan. Dan dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan
harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan
adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (QS al-Ahzâb : 25-27)
Dan dengan inilah, Alloh menolong mereka dari musuh-musuh mereka,
yaitu dengan cara yang tidak mereka sangka dan mereka kira bahwa mereka
akan ditolong dengannya, yaitu dengan (tentara) malaikat dan angin topan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا
وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang
Telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu
kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat
kamu melihatnya.” (QS al-Ahzâb : 9)
Dan tatkala Alloh Jalla wa ‘Alâ mengetahui keikhlasan yang sempurna para sahabat yang berbaiat Ridhwân, Alloh menceritakan tentang keikhlasan mereka di dalam firman-Nya Ta’ala :
لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ المُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ
“Sesungguhnya Allah Telah ridha terhadap orang-orang mukmin
ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka” (QS al-Fath : 18). Yaitu, berupa keimanan dan keikhlasan. Dan buah dari keimanan dan keikhlasan adalah apa yang disebutkan Alloh Azza wa Jalla di dalam firman-Nya :
وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللهُ بِهَا وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا
“Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain
(atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh
Allah Telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS al-Fath : 21)
Alloh Azza wa Jallâ telah menegaskan di dalam ayat ini, bahwa mereka belum dapat menguasainya (negeri-negeri) dan Alloh Jalla wa ‘Alâ-lah yang menentukannya dan memenangkannya. Dan yang demikian ini merupakan buah dari kekuatan keimanan dan keikhlasan mereka.
Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa keikhlasan kepada Alloh dan
kuatnya keimanan terhadap-Nya, merupakan sebab menjadi kuatnya kaum yang
lemah terhadap kaum yang kuat sehingga mampu mengalahkannya.
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (QS al-Baqoroh : 249)
Problematika Kedua :
Dominasi kaum kuffar terhadap kaum mukminin dengan pembunuhan,
penindasan dan segala bentuk penganiayaan, walaupun kaum muslimin yang
berada di atas kebenaran dan kaum kuffar berada di atas kebatilan.
Problema ini juga dihadapi oleh para sahabat Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam, dan Alloh Jalla wa ‘Alâ memberikan jawaban dan menjelaskan sebab hal ini dengan jawaban samâwî yang dibacakan di dalam Kitab-Nya Jalla wa ‘Alâ. Tatkala berlangsung peperangan oleh kaum muslimin di hari uhud, paman dan sepupu Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam gugur dan wafat pula kaum Muhajirin dan tujuh puluh orang dari kalangan Anshar, bahkan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam pun tertebas, bibir beliau robek dan gigi seri beliau pecah, beliau Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam ikut terluka.
Inilah problematika yang dialami kaum muslimin, sampai-sampai mereka
mengeluh, “bagaimana mungkin kaum musyrikin lebih baik daripada kita
padahal kita yang berada di atas kebenaran sedangkan mereka di atas
kebatilan!” Maka Alloh menurunkan firman-Nya Ta’ala :
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ
“Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada
musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya
(kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”.” (QS Ali ‘Imrân : 165)
Firman Alloh Ta’ala : “itu dari (kesalahan) dirimu sendiri” adalah masih global. Alloh Ta’ala menjelaskan (perinciannya) dalam firman-Nya yang lain :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ
بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأَمْرِ
وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ
يُرِيدُ الدُّنْيَا] {آل عمران:152} - إلى قوله تعالى: { لِيَبْتَلِيَكُمْ
“Dan Sesungguhnya Allah Telah memenuhi janji-Nya kepada kamu,
ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah
dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (rasul)
sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. di antaramu
ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang
menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk
menguji kamu.” (QS Ali ‘Imrân : 152)
Di dalam jawaban Samâwiyah (ayat Al-Qur`an) ini, terdapat
penjelasan yang terang bahwa faktor penyebab berkuasanya kaum kuffar
terhadap kaum muslimin adalah, kelemahan dan pertikaian pada kaum
muslimin itu sendiri, mendurhakai perintah Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam dan hasrat mereka terhadap dunia yang lebih didahulukan ketimbang perintah Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam. Barangsiapa mengetahui akar suatu penyakit, maka ia bisa mengetahui obatnya sebagaimana hal ini sudah tidak samar lagi.
Problematika Ketiga
Yaitu perselisihan hati, yang merupakan faktor terbesar hilangnya
entitas umat Islam, yang menyebabkan kelemahan dan hilangnya kekuatan
serta negeri umat Islam. Sebagaimana firman Alloh Ta’ala :
وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu” (QS Al-Anfâl : 46)
Anda perhatikan masyarakat Islam pada hari ini di seluruh penjuru
dunia, satu dengan lainnya tidak lepas dari permusuhan dan kebencian.
Jika ada sebagian mereka yang yang bersikap baik terhadap lainnya, sudah
menjadi rahasia umum bahwa bahwa sikap tersebut hanyalah basa-basi
belaka, sedangkan yang terbetik di dalam hati mereka, menyelisihi
sikapnya tersebut.
Alloh Ta’ala telah menjelaskan di dalam Surat al-Hasyr bahwa faktor
penyebab penyakit yang telah menyebarkan bencana ini, adalah oleh sebab
lemahnya akal. Alloh Ta’ala berfirman :
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعاً وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى
“kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.” (QS al-Hasyr : 14)
Kemudian Alloh menyebutkan alasan berpecahbelahnya hati mereka di dalam firman-Nya :
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَ يَعْقِلُونَ
“yang demikian ini disebabkan karena mereka adalah kaum yang tidak berakal.” (QS al-Hasyr : 14)
Tidak diragukan lagi, bahwa penyakit lemahnya akal yang menimpa
mereka, melemahkan mereka dari mengetahui realita/hakikat sebenarnya,
membedakan antara yang haq dengan yang bathil, antara yang bermanfaat
dengan yang berbahaya, antara yang baik dengan yang buruk, dan penyakit
ini tidak ada obatnya melainkan dengan meneranginya dengan cahaya wahyu,
sebab cahaya wahyu itu dapat menghidupkan orang yang mati (hatinya),
dapat menerangi jalan orang yang berpegang dengan cahaya tersebut,
sehingga ia dapat memilah bahwa yang hak itulah yang hak dan yang bathil
itulah yang bathil, yang bermanfaat itulah yang dapat memberikan
manfaat dan yang berbahaya itulah yang dapat membahayakan. Alloh Ta’ala
berfirman:
أَوَ مَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ
نُورًا يَمْشِي بِهِ فِى النَّاس كَمَن مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ
بِخَارِجٍ مِنْهَا
“Dan apakah orang yang sudah mati Kemudian dia kami hidupkan dan
kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia
dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang
yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat
keluar dari padanya?” (QS al-An’âm : 122)
Alloh Ta’ala berfirman :
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).” (QS al-Baqoroh : 257)
Barangsiapa yang Alloh keluarkan dari kegelapan kepada cahaya, akan
mendapati betapa terangnya kebenaran itu. Karena cahaya tersebut, akan
menyingkap padanya realita kebenaran, sehingga ia dapat mengetahui bahwa
yang hak itulah yang hak dan yang bathil itulah yang bathil. Alloh
Ta’ala berfirman :
أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu
lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di
atas jalan yang lurus?” (QS al-Mulk : 22)
Alloh Ta’ala berfirman :
وَمَا يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ وَلاَ الظُّلُمَاتُ
وَلاَ النُّورُ وَلاَ الظِّلُّ وَلاَ الْحَرُورُ وَمَا يَسْتَوِي
الأَحْيَاءُ وَلاَ الأَمْوَاتُ
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang Melihat. Dan
tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya. Dan tidak (pula) sama
yang teduh dengan yang panas. Dan tidak (pula) sama orang-orang yang
hidup dan orang-orang yang mati.” (QS Fâthir : 19-22)
Alloh Ta’ala berfirman :
مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالأَعْمَى وَالأَصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلاً
“Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan
orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat
melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan
sifatnya?” (QS Hûd : 24)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa
keimanan itu membawa kehidupan bagi manusia yang menggantikan keadaannya
dulu ketika mati (hatinya), dan membawa cahaya yang menggantikan
keadaannya dulu di saat berada dalam kegelapan. (Lihat Adhwâ`ul Bayân III/54)
Adapun fatwa-fatwa dan keterangan yang muncul berkenaan dengan
peristiwa penindasan Yahudi terhadap kaum muslimin, ada beberapa bentuk :
Pertama, seruan supaya kaum muslimin kembali ke agama mereka,
bertaubat kepada Alloh dengan sungguh-sungguh, menepis perpecahan,
mendoakan kaum muslimin dan menolong mereka dengan segala kemampuan yang
ada, baik dengan harta maupun obat-obatan. Maka seruan ini adalah
seruan yang benar, karena seruan ini berasal dari Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam serta memahami faktor penyebab yang sebenarnya tentang musibah.
Kedua, seruan serampangan yang malah mendatangkan keuntungan bagi
Yahudi, dan tidak ragu lagi bahwa fatwa tersebut adalah fatwa yang tidak
bertanggung jawab, yang berangkat dari sikap reaksioner yang tidak
bijaksana dan tidak benar. Hal ini acap kali dapat menyebabkan dampak
buruk bagi kaum muslimin, termasuk di Kerajaan Arab Saudi. Hal ini
menyebabkan negara adidaya dapat mencari-cari alasan untuk menguasai
suatu negeri dengan tuduhan terorisme, yang mana hal ini pernah dialami
Kerajaan beberapa tahun lalu. Pernyataan-pernyataan ini, tidaklah jauh
dari pernyataan sebagian kaum yang menyimpang dari sunnah, dan
menghendaki untuk melenyapkan ahlus sunnah yang tersisa. Hal ini
hanyalah alasan politik saja yang tidak ada kaitannya dengan pemahaman Maqôshidu asy-Syari’ah (tujuan syariat) dan kaidah-kaidahnya yang umum. Syaikhul Islam Ibnu Taimiiyah berkata :
والشجاعة ليست هي قوة البدن فقد يكون الرجل قوي البدن ضعيف
القلب وانما هي قوة القلب وثباته فأن القتال مداره على قوة البدن وصنعته
للقتال وعلى قوة القلب وخبرته به والمحمود منهما ما كان بعلم ومعرفة دون
التهور الذي لا يفكر صاحبه ولا يميز بين المحمود والمذموم ولهذا كان القوي
الشديد هو الذي يملك نفسه عند الغضب حتى يفعل ما يصلح دون ما لا يصلح فأما
المغلوب حين غضبه فليس هو بشجاع ولا شديد
“Keberanian itu bukanlah sekedar kekuatan fisik. Seringkali ada orang
yang kuat badannya namun lemah hatinya. Sesungguhnya keberanian itu
adalah kekuatan dan kemantapan hati. Peperangan itu tergantung pada
kekuatan badan, ketangkasan di dalam berperang dan kekuatan hati serta
kemantapannya. Yang terpuji diantara keduanya adalah keberanian yang
disertai ilmu dan pengetahuan, bukan semata-mata kekerasan yang
pelakunya tidak memikirkan dan tidak memisahkan antara yang terpuji dan
tercela. Karena itulah, orang yang benar-benar kuat adalah orang yang
dapat menahan dirinya di saat marah, sehingga ia dapat tetap melakukan
hal yang bermanfaat bukan malah merusak. Adapun orang yang dikalahkan
oleh emosinya, maka ia bukanlah orang yang berani dan kuat.” (al-Istiqômah II/271)
Ketiga, seruan yang menyeru pelayan dua tanah suci untuk mengusir
Yahudi dari tanah Palestina. Seruan ini adalah seruan yang tergesa-gesa
dan jauh dari pemahaman akan realita kaum muslimin hari ini baik dari
sisi agama maupun politik, dan pemahaman akan timbangan kekuatan.
Sebagai penutup, saya mengajak kepada saudara-saudara para du’at dan
penuntut ilmu, untuk senantiasa menghiasi dirinya dengan kesabaran,
mempelajari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya serta memperhatikan
atsar-atsar as-Salaf as-Shalih, dan supaya mereka mengetahui
bahwa ketentuan Alloh terhadap masyarakat, tidak akan berubah dan
berganti, sebagaimana ketentuan Alloh terhadap alam semesta (Sunnah al-Kauniyah). Alloh Ta’ala berfirman :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.” (QS ar-Ra’du : 11)
Saya mengajak mereka juga untuk mengambil manfaat dari pelajaran
terdahulu yang telah berlalu, dan agar mereka mengetahui bahwa syariat
itu datang untuk meraih kemaslahatan dan menyempurnakannya serta
menolak kerusakan dan meminimalisirnya semampunya. Saya ingatkan pula
mereka tentang kaidah-kaidah syariah apabila berhimpun antara maslahat
dan mafsadat atau keduanya dan tentang kebaikan dan keburukan yang
bertingkat-tingkat. Orang yang berakal adalah orang yang mampu
menyeleksi antara keburukan yang besar dengan yang lebih kecil dan
merasa cukup dengan kebaikan yang kecil apabila ia tidak mampu
mendapatkan kebaikan yang banyak. Jika tidak, kita menderita lebih
banyak daripada warga Gazza.
Hanya kepada Alloh-lah saya memohon untuk memperbaiki keadaan kaum
muslimin dan mempersatukan hati mereka di atas petunjuk, tauhid dan
sunnah. Serta untuk mencegah kejahatan makar musuh-musuh mereka dari
kaum kuffar dan munafikin. Semoga sholawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau dan seluruh
sahabatnya.