Donggala, Sulteng, BNP2TKI (6/8)- Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
merupakan pekerjaan yang mulia. Seperti Hj Farida, TKI asal Desa Wani
II, Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), selama di Saudi Arabia, Hj
Farida bekerja sebagai guru mengaji. Kini, sepulang dari Saudi Arabia,
Hj Farida sukses dengan usaha jual buahnya.
"Mulanya saya enggan
menjadi TKI. Tapi bibi saya merayu terus dan akhirnya saya mau asal
dengan catatan bekerja sebagai guru ngaji. Kalau selain guru ngaji saya
tidak mau," ujar Farida mengenang masa lalunya.
Pada 1999, Farida
berangkat ke Saudi Arabia. Ia bekerja di rumah majikan Baba Abdul Somad,
di rumah itu Farida bertugas mengajar ngaji anak-anak dan keluarga
lainnya.
"Selain mengajar ngaji, saya tidak mau mengambil
pekerjaan lain, sesuai perjanjian kerja awal yaitu kerja sebagai guru
ngaji," terang ibu dari empat anak ini.
Selama bekerja di majikan
Baba Abdul Somad, Farida mendapat gaji sebesar 600 riyal setiap
bulannya. Gaji tersebut ia simpan untuk bekal saat pulang ke Indonesia.
"Setelah
kontrak kerja selesai pada 2001, saya pulang ke kampung halaman di
Donggala, Sulawesi Tengah. Berbekal uang dari kerja di sana, saya
merintis usaha jual buah-buahan," paparnya.
Dua tahun setelah dari Saudi Arabia, pada 2002 Farida memulai usahanya. Ia menjual buah-buahan seperti Alpukat dan Mangga.
"Awalnya
hanya usaha kecil-kecilan saja. Saya jual buah karung per karung dan
peti perpeti, modalnya juga kecil-kecilan," tuturnya.
Waktu terus
berputar, usaha buah-buahan yang dirintis Farida terus mengalami
kemajuan. Ia mengaku dalam menjalankan usahanya selalu menanamkan
prinsip jujur dan kepercayaan.
"Sampai sekarangpun saya masih pakai prinsip tersebut," ucap Farida.
Sedikit
demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Usaha Farida pun terus mengalami
kemajuan. Tidak hanya di Sulteng, Farida pun menjual buah-buahan sampai
ke Kalimantan. Sekali jual alpukat dan mangga ke Kalimantan mencapai
8-10 ton.
"Pengiriman buah ke Kalimantan tersebut dilakukan setiap
minggu. Kalau lagi musim panen, pengiriman buah bisa di atas 10 ton.
Omset perbulannya sekitar Rp 40-50 juta ," tuturnya.
Meskipun
tidak sedang musim, istri dari Irwan ini menuturkan tetap mengirim
buah-buahannya. Namun, jumlahnya memang berkurang. Dari yang biasa 8-10
ton, jika tidak musim ia mengirim buah perpeti yaitu 20-30 peti.
"Pengiriman ke Kalimantan itu saya lakukan rutin seminggu sekali," jelasnya.
Selain
omset yang besar, dari hasil usahanya Farida bisa menyekolahkan putra
pertamanya hingga perguruan tinggi. Kini putranya itu kuliah di
Universitas Tadulako, Sulteng, Semester I, Fakultas Hukum. ***HAPIPI
Sumber : http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/5089-guru-ngaji-di-saudi-sukses-jadi-pedagang-buah.html