Tuesday, August 2, 2011

Pasang Surut Saudi Binladin Group

Usama bin Ladin adalah salah satu pemegang saham Saudi Binladin Group, konglomerasi asal Arab Saudi. Pasca serangan 11 September 2001, kejayaan bisnis konglomerasi ini di tingkat dunia langsung melorot, namun masih kuat di dalam negeri dan Asia.

Ketika mendengar nama bin Ladin (Laden), perhatian dunia langsung tertuju kepada sosok teroris dunia, Usama bin Ladin. Pria asal Arab Saudi yang namanya lebih sering ditulis sebagai Osama bin Laden ini dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 yang meruntuhkan gedung kembar World Trade Center (WTC) di New York.
Ussamah bin Muhammad bin 'Awad bin Ladin, nama lengkap Usama bin Ladin, adalah pendiri organisasi jihad al-Qaeda yang dituduh paling bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil dan fasilitas militer di berbagai negara di dunia. Serangan al-Qaeda yang paling mendunia adalah serangan terhadap gedung kembar WTC (2001) dan serangkaian serangan terhadap Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tanzania dan Kenya pada tahun 1998.
Namun, tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Usama bin Ladin sebenarnya merupakan salah satu keturunan dari Muhammad bin 'Awad bin Ladin, pendiri perusahaan konstruksi multinasional Saudi Binladin Group (SBG) yang nilai asetnya mencapai US$5 miliar pada tahun 2002 dan mempekerjakan lebih dari 50.000 karyawan di seluruh dunia. SBG memilik kantor pusat di Jeddah, Saudi Arabia. Usama bin Ladin merupakan salah satu pemegang saham SBG, dengan porsi kepemilikan sebesar 13% senilai US$80 juta yang nilainya terus meningkat hingga mencapai US$250 juta.

Sejarah Saudi Binladin Group

Pada tahun 1931 Muhammad bin Ladin mendirikan sebuah perusahaan konstruksi yang menjadi cikal bakal SBG. Kedekatan Muhammad bin Ladin dengan Raja Abdul Aziz Al Saud, pendiri Kerajaan Saudi Arabia, mengalirkan banyak proyek penting pemerintah Saudi untuk ditangani oleh Muhammad bin Ladin. Bahkan Raja Abdul Aziz memberikan hak eksklusif kepada Muhammad untuk menangani proyek pembangunan di Kerajaan Saudi Arabia dan beberapa proyek penting seperti renovasi Masjid Nabawi di Madinah pada tahun 1950 yang merupakan proyek pertama yang ditangani Muhammad bin Ladin. Setelah sukses dengan proyek renovasi Masjid Nabawi, Raja Abdul Aziz kembali memercayai Muhammad bin Ladin dengan proyek renovasi Masjid Al Harram di Mekkah pada tahun 1955, dan proyek penyatuan Kubah Batu (Dome of Rock) di Yerussalem, Palestina pada tahun 1964.
Setelah Muhammad bin Ladin meninggal pada tahun 1967, anak tertua Muhammad, Salem bin Ladin melanjutkan bisnis yang dirintis ayahnya. Pada masa kepemimpinan Salem, perusahaan ini mengerjakan proyek pembangunan jalan dari Taif ke Jizan sepanjang 750 kilometer. Proyek sangat sulit karena harus melewati sejumlah padang pasir dan pengunungan Hijaz. Proyek ini selesai pada tahun 1984 dengan menghabiskan dana 1 miliar Riyal. Proyek ini juga memiliki peran yang sangat penting dalam menghubungkan kota Sharura dengan kota Najran dan ke kota-kota lain di Kerajaan Saudi Arabia.
Salem bin Ladin meninggal pada tahun 1988. Tongkat kepemimpinan perusahaan diserahkan kepada adiknya, Bakr bin Ladin yang memimpin hingga saat ini. Kepemimpinan Bakr membawa perubahan besar pada perusahaan konstruksi ini. Bakr membentuk dewan bisnis yang beranggotakan 13 anggota keluarga lainnya dan membentuk perusahaan Saudi Binladin Group pada tahun 1989.
Di tangan Bakr, SBG terus berkembang hingga saat ini. Jangkauan bisnis SBG tidak hanya terbatas pada bisnis konstruksi, tetapi merambah bisnis telekomunikasi, penerbitan buku, teknik, jasa keuangan, asuransi, manufaktur, militer, hingga riset biologis. Mitra bisnis SBG meliputi General Electric, Nortel, Snappel, Motorola dan Citibank. Secara praktis, saat ini SBG telah menguasai semua proyek-proyek besar di jazirah Arab dan Timur Tengah. Dalam website resminya, SBG juga berpartisipasi dalam pembangunan bandara Kuala Lumpur International Airport Malaysia.
Keterkaitan Saudi Binladin Group dengan al-Qaeda
Mengusung nama keluarga bin Ladin, pasca serangan 11 September 2001, SBG mengalami banyak kesulitan dalam menjalankan bisnisnya. Walaupun sesaat setelah Pemerintah Amerika Serikat menuduh Usama bin Ladin sebagai dalang serangan tersebut, keluarga bin Ladin yang diwakili oleh Abdullah bin ‘Awad bin Ladin atau paman dari Usama bin Ladin langsung mengumumkan bahwa mereka sama sekali tidak terlibat, namun citra SBG sudah terlanjur buruk di mata dunia. Faktanya, SBG telah menarik kepemilikan saham Usama yang sebesar 13% sejak tahun 1993 dan tidak lagi mengakui Usama sebagai bagian dari keluarga bin Ladin, kerajaan Saudi Arabia pun telah mencabut kewarganegaraan Usama bin Ladin.
Dampak dari sepak terjang Usama bin Ladin pun langsung dirasakan oleh SBG. Keluarga bin Ladin harus berusaha keras untuk meyakinkan rekan bisnisnya di Amerika dan Eropa dikarenakan kemarahan Amerika terhadap segala hal yang berbau bin Ladin telah memuncak. ''Setiap perusahaan yang berbisnis dengan kelompok usaha bin Ladin adalah mereka yang tak setia pada Amerika,'' kata Larry Klayman, pemimpin Judicial Watch di Washington. Tak hanya di Amerika dan Eropa nama bin Ladin menjadi penghalang bagi bisnis SBG. Di Kazakhtan, SBG pernah kehilangan kesempatan memperoleh proyek pembangunan kota Astana.
Beberapa rekanan bisnis SBG pun berpikir ulang untuk melanjutkan kerja sama bisnisnya dengan SBG. Cadbury Schweeps, yang memproduksi minuman ringan Snapple, misalnya, mengumumkan rencana untuk mengakhiri kerjasama dengan SBG. Tapi, Cadbury menyebut penurunan penjualan sebagai alasan pemutusan hubungan bisnisnya. Perusahaan elektronik terkemuka di Inggris, Multitone Electronics sempat menghentikan sementara kerjasamanya dengan Baud Telecommunications Ltd, yang menjadi distributor produk Multitone di Saudi Arabia karena tergabung dalam kelompok usaha keluarga bin Ladin. Rencana SBG untuk membeli sebuah perusahaan Pakistan Airlines yang memiliki Roosevelt Hotel di New York tampaknya juga harus dibatalkan.
Sebuah perusahaan public relation yang berbasis di London, Inggris, WMC PR Communication, menyarankan perubahan nama perusahaan kepada SBG untuk memperbaiki citra perusahaan. Menurut WMC PR Communication, walaupun orang telah tahu perusahaan ini sebelumnya, perubahan nama perusahaan akan meningkatkan kepercayaan orang bahwa SBG tidak ada hubungan dengan kegiatan terorisme Usama bin Ladin.
Faktanya hingga saat ini, SBG masih menggunakan nama lamanya. Walaupun citra SBG turun di mata pebisnis Amerika dan Eropa, citra SBG di Asia, terutama di wilayah Timur Tengah, masih sangat baik. Hal ini dikarenakan kedekatan SBG dengan keluarga Kerajaan Arab Saudi yang menjamin tidak ada keterkaitan SBG dengan operasi terorisme Usama bin Ladin. SBG masih dipercaya penuh untuk menangani proyek-proyek pembangunan penting di Arab Saudi dan belum lama ini, tepatnya pada bulan April 2011 kemarin, SBG menandatangani kontrak bisnis dengan perusahaan konstruksi India, IE and FL Engineering Construction Ltd (IECC) untuk pembangunan jalan raya yang menghubungkan kota Pune dan Solapur serta proyek pembangunan jalur kereta Metro Gurgaon. Jadi, SBG nampaknya kini lebih memilih berkonsentrasi menguatkan bisnisnya di dalam negeri dan di tingkat Asia.
 
Pendiri:
Muhammad bin 'Awad bin Ladin
 Tahun Berdiri:
 1931       
 Kantor Pusat:
 Jeddah, Kingdom of Saudi Arabia
 Presiden:
 Bakr bin Ladin       
 Total Aset:
 US$ 5 miliar       
 
HAPPY FAJRIAN (dari berbagai sumber)
(Tulisan ini bersumber dari majalah Warta Ekonomi Nomer 13 tahun 2011)



Artikel Terkait: