JEDDAH – Mahasiswa asal Arab Saudi yang kuliah
di Ukraina mengeluhkan ijazah yang tidak diakui oleh pemerintah. Mereka
menyerukan pada Kementerian Pendidikan Tinggi Arab Saudi agar
memecahkan masalah tersebut.
Sebelumnya, kementerian menarik pengakuan mereka atas ijazah lulusan universitas di Ukraina. Akibat keputusan ini, mahasiswa Arab yang belajar di Ukraina menghadapi masalah besar. Apalagi, kebanyakan dari mereka kuliah menggunakan uang sendiri. Mereka memilih kuliah di Ukraina karena kesulitan dengan prosedur dari universitas di Arab.
Salah satu lulusan perguruan tinggi kedokteran di Ukraina, Amira Sabbah mengaku, dia dan adiknya memilih kuliah di negara Eropa Timur tersebut setelah mendapat lampu hijau dari Kementerian Pendidikan Tinggi.
Menurut Sabbah, para mahasiswa telah bertemu dengan delegasi Arab dan menyarankan agar mereka tetap kuliah di kampus yang sama. Para delegasi juga berjanji untuk menyetujui ijazah para mahasiswa. “Setelah kami kembali ke Arab, kementerian menolak untuk menyetujui ijazah kami. Kini, kami menganggur,” jelasnya seperti dikutip dari Arab News, Rabu (5/10/2011).
Sementara itu, Direktur Jenderal Kesetaraan Sertifikat di Kementerian Pendidikan Tinggi Arab Saudi, Abdullah bin Ali Al-Qahtani menyatakan, tidak ada persetujuan untuk setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh universitas dari Ukraina.
“Delegasi dari Kementerian Pendidikan Tinggi telah mengunjungi beberapa universitas di Ukraina selama beberapa tahun terakhir untuk menilai kualitas pendidikan. Mereka melaporkan pelanggaran yang ada, di mana universitas menerima mahasiswa asing dengan nilai yang sangat rendah bahkan di sekolah kedokteran,” jelas Al-Qahtani.
Menurutnya, banyak mahasiswa Arab yang kuliah kedokteran di Ukraina, merupakan lulusan jurusan sastra di SMA Arab. “Kementerian telah mengeluarkan aturan ketat agar tidak menerima ijazah lulusan Ukraina. Kami telah mengirim delegasi untuk memperingatkan mahasiswa Arab agar tidak kuliah di Ukraina dan kampus lain yang tidak direkomendasikan oleh kementerian,” jelasnya.
Bagi mahasiswa yang terlanjur kuliah di Ukraina, Al-Qahtani menyarankan agar transfer ke universitas lain dalam waktu enam bulan. Jika tidak, ijazahnya tidak akan diakui.
(rhs)http://kampus.okezone.com
Sebelumnya, kementerian menarik pengakuan mereka atas ijazah lulusan universitas di Ukraina. Akibat keputusan ini, mahasiswa Arab yang belajar di Ukraina menghadapi masalah besar. Apalagi, kebanyakan dari mereka kuliah menggunakan uang sendiri. Mereka memilih kuliah di Ukraina karena kesulitan dengan prosedur dari universitas di Arab.
Salah satu lulusan perguruan tinggi kedokteran di Ukraina, Amira Sabbah mengaku, dia dan adiknya memilih kuliah di negara Eropa Timur tersebut setelah mendapat lampu hijau dari Kementerian Pendidikan Tinggi.
Menurut Sabbah, para mahasiswa telah bertemu dengan delegasi Arab dan menyarankan agar mereka tetap kuliah di kampus yang sama. Para delegasi juga berjanji untuk menyetujui ijazah para mahasiswa. “Setelah kami kembali ke Arab, kementerian menolak untuk menyetujui ijazah kami. Kini, kami menganggur,” jelasnya seperti dikutip dari Arab News, Rabu (5/10/2011).
Sementara itu, Direktur Jenderal Kesetaraan Sertifikat di Kementerian Pendidikan Tinggi Arab Saudi, Abdullah bin Ali Al-Qahtani menyatakan, tidak ada persetujuan untuk setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh universitas dari Ukraina.
“Delegasi dari Kementerian Pendidikan Tinggi telah mengunjungi beberapa universitas di Ukraina selama beberapa tahun terakhir untuk menilai kualitas pendidikan. Mereka melaporkan pelanggaran yang ada, di mana universitas menerima mahasiswa asing dengan nilai yang sangat rendah bahkan di sekolah kedokteran,” jelas Al-Qahtani.
Menurutnya, banyak mahasiswa Arab yang kuliah kedokteran di Ukraina, merupakan lulusan jurusan sastra di SMA Arab. “Kementerian telah mengeluarkan aturan ketat agar tidak menerima ijazah lulusan Ukraina. Kami telah mengirim delegasi untuk memperingatkan mahasiswa Arab agar tidak kuliah di Ukraina dan kampus lain yang tidak direkomendasikan oleh kementerian,” jelasnya.
Bagi mahasiswa yang terlanjur kuliah di Ukraina, Al-Qahtani menyarankan agar transfer ke universitas lain dalam waktu enam bulan. Jika tidak, ijazahnya tidak akan diakui.
(rhs)http://kampus.okezone.com
Artikel Terkait:
Unik
- Pria berumur 137 tahun di Saudi
- Sebotol Air Minum di Arab Saudi
- Arab Saudi Perbanyak Alquran Braille
- Peduli Berat Tas Sekolah
- Masjid Bersejarah di Eropa Bantuan KSA
- Buka Bersama di Masjidilharam Capai Rp 1,22 Miliar/Hari
- Deportasi Orang Ganteng Dalam Syariat Islam
- Al Aghwaat, Di Antara Rahasia Dua Tanah Suci
- Barang yang Nggak Bakal Laku di Saudi Arabia
- Betapa Sangat Dihargainya Kaum Wanita di Arab Saudi
Berita
- Saudi bakal luncurkan layanan buat terima keluhan dari PRT
- Sebotol Air Minum di Arab Saudi
- Arab Saudi Pakai Teknologi Tinggi Untuk Cegah Jamaah Haji Ilegal
- Arab Saudi Dirikan Gerbang Mekkah
- Arab Saudi Renovasi Ratusan Masjid
- Seruan dari Masjid Nabawi untuk Rakyat Mesir: "Kembalilah ke Rumah-rumah Kalian"
- Arab Saudi Luncurkan Stasiun TV khusus Wanita
- Saudi Bagikan 130.000 Paket Ramadhan Pengungsi Suriah
- Jangan Harap Orang Israel Naik Pesawat Saudi
- Jalur Tawaf Khusus Orang Cacat Dibangun di Masjid al-Haram
No comments:
Post a Comment