Beribadah haji ke Tanah Suci bagi pasangan suami-istri bisa menjadi
beban tersendiri. Bayangkan saja,selama 40 hari mereka harus “hidup
terpisah”.Kesempatan ini ditangkap sebagai peluang bisnis bagi sebagian
mukimin dengan membuka kamar barokah.
Jari jemari itu saling menggenggam erat. Muhammad Nasution,40, jamaah haji asal Sumatera Utara seolah tidak ingin kehilangan sang istri,Nurma, 35,di tengah kerumunan jamaah haji Indonesia yang baru mendarat di Bandara King Abdul Aziz (KAA), Jeddah.Mereka terlihat terus bergandengan tangan. Sang istri beberapa kali tampak berbisik mesra kepada Nasution. Pasangan yang belum memiliki keturunan ini seolah enggan untuk berjauhan. Maklum,Nasution dan istri akan hidup berpisah selama menjalani prosesi haji. Sistem pemondokan bagi jamaah haji reguler memang dibuat untuk memisahkan jamaah laki-laki dan perempuan. Walaupun mereka satu pemondokan, biasanya mereka dikelompokkan sesuai dengan jenis kelamin di lantai yang berbeda.Dalam satu kamar, satu tempat tidur pun diisi oleh 2–3 anggota jamaah. Ketentuan pemisahan berdasarkan jenis kelamin ini juga berlaku bagi pasangan suami-istri.Sehingga,mau tidak mau,para pasutri harus “puasa”nafkah batin selama 40 hari lebih. Kondisi ini kadang memunculkan dilema bagi para pasutri.Apalagi,bagi mereka pasangan muda yang baru menikah.Terkadang, mereka harus menahan hasrat untuk selalu bersama pasangan.Namun,bagi yang tahu seluk-beluk Mekkah, persoalan ini bukanlah persoalan besar.Sejumlah mukimin (WNI yang lama bermukim di Arab Saudi) siap menyewakan “Kamar Barokah”khusus bagi pasangan suami-istri. “Kami berniat menolong pasangan suami-istri yang membutuhkan ruang khusus selama menjalankan prosesi haji,”ungkap salah satu mukimin asal Madura,Artanti. Menurut dia,selama berhaji, hubungan suami-istri memang agak terbatasi.Padahal,tidak ada larangan bagi mereka untuk berhubungan selama tidak berihram.“Mungkin karena keterbatasan ruang saja,sehingga mereka tidak bisa berhubungan normal,” ungkapnya. Melihat hal ini,Artanti dan beberapa mukimin berinisiatif menawarkan kamar khusus yang dikenal dengan Kamar Barokah bagi suami-istri yang membutuhkan.Kamar itu biasanya disewakan dalam hitungan jam.Biasanya,dalam satu jam,tarif Kamar Barokah akan dipatok 50 riyal atau sekitar Rp125.000.“Dalam sehari,biasanya ada lima sampai enam pasangan yang memanfaatkan kamar ini,” ungkapnya. Permintaan Kamar Barokah,lanjut Artanti, semakin meningkat saat mendekati puncak haji.Saat itu seluruh jamaah haji Indonesia berkumpul di Mekkah.Setelah itu,jamaah akan dibawa ke Arafah untuk melaksanakan wukuf. Di Arafah,jangankan bisa bersatu,jamaah harus rela berpisah dengan pasangannya. Sebab,di Arafah, jamaah akan tinggal di tendatenda bersama jamaah yang lainnya. Karena itu,sebelum prosesi puncak haji ini,jamaah biasanya menggunakan waktu yang tersisa untuk bermanjamanja dengan pasangannya. Kamar Barokah,biasanya, adalah kamar milik mukimin yang sengaja disewakan. Hal itu menyesuaikan kebiasaan mukimin yang bekerja pada siang hari,di mana saat itu kamar mereka kosong.“Kami juga dengan ketat meminta kartu identitas bagi pasangan yang hendak menyewa.Kami tidak ingin Kamar Barokah digunakan untuk maksiat,” tandasnya. SUWARNO Mekkah
http://www.seputar-indonesia.com
|
Friday, October 28, 2011
Kamar Barokah, Khusus bagi Suami-Istri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment