Presiden Otoritas Palestian Mahmoud Abbas
Presiden Otoritas Palestian Mahmoud Abbas
 
Dengan membatasi solusi politik maka hanya sedikit yang bisa dilakukan

Ekonomi Palestina tidak cukup kuat untuk mendukung sebuah negara yang berdaulat.

Pejabat diminta untuk menekan biaya dan meningkatkan efisiensi. Demikian seperti dinyatakan dalam laporan Bank Dunia.

"Otoritas Palestina membuat sejumlah kemajuan dalam beberapa tahun, untuk memantapkan sebuah institusi seperti yang disyaratkan untuk menjadi sebuah negara. Namun dari segi ekonomi, tidak cukup kuat untuk mendukung keberadaan sebuah negara," kata John Nasir, dalam pernyataan, yang menyertai laporan itu.

"Keberlangsungan ekonomi tidak bisa disandarkan dengan bantuan asing, sangat penting untuk Palestina untuk meningkatkan perdagangan dan mendongkrak pertumbuhan sektor swasta," katanya.

Palestina menghadapi krisis keuangan sejak otoritas itu didirikan pada tahun 1994.

Saat ini menanggung utang sebesar 1,5 miliar dolar, dan kebutuhan uang tunai dalam waktu segera mencapai 500 juta dolar.

Arab Saudi pekan lalu berjanji untuk membantu dana darurat sebesar 100 juta dolar, setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas berkunjung ke kerajaan itu dan meminta bantuan.

"Sementara Otoritas Palestina sukses membangun institusi untuk menjadi sebuah negara, namun sedikit kemajuan dalam pengembangan berbasis ekonomi," demikian kesimpulan laporan setebal 181 halaman itu.

"Pemerintah Israel melanjutkan pengetatan keamanan untuk sehingga mengganggu investasi. Pertumbuhan saat ini karena dibantu donor asing. Situasi tidak berkelanjutan ini akan mudah runtuh."

Perundingan antara Israel, yang telah berada di kawasan dan membentuk negara selama 45 tahun, dengan Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dengan ibu kota yang terletak di timur Yerusalem, terhenti pada september 2010.

Pembicaraan itu buntu setelah Israel meneruskan pembangunan pemukiman.

Pembukaan kontak kedua belah pihak dijajaki di Yordania pada januari 2012, namun gagal mencapai kata sepakat untuk melanjutkan pembicaraan langsung.

"Dengan membatasi solusi politik maka hanya sedikit yang bisa dilakukan," tulis Bank Dunia.

"Namun demikian ada sejumlah area dimana Palestina dapat memfokuskan perhatian, tidak hanya memperbaiki performa namun juga membangun dasar yang kuat untuk jadi sebuah negara."

"Masa depan Palestina harus berpaling ke negara-negara Asia, yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi, dengan mengadopsi orientasi mata rantai suplai dunia."