Persiapan buka puasa di Masjid Nabawi Madinah |
MADINAH - Jemaah umrah yang sedang melakukan perjalanan religi ke Tanah Suci Madinah dan Makkah di Arab Saudi, bakal disuguhi menu unik.
Terlebih, jika mereka melangsungkan prosesi ritual pada bulan suci
Ramadan. Perbedaan yang signifikan terasa saat hendak berbuka puasa dan
salat tarawih.
Selama Bulan Ramadan 1433 Hijriah berlangsung, ratusan pesedekah
berebut tempat di dua masjid agung di kota suci ini, yakni Masjid Nabawi
di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah.
Artinya, seluruh usahawan atau dermawan berebut tempat untuk
bersedekah. Jika di Tanah Air jemaah yang hendak berbuka berebut makanan
dan minuman, di sini justru kebalikannya, pesedekahnya berebut tempat
dan jemaah.
Ini seperti dikisahkan oleh Muhammad Nuruddin, pembimbing (muthawwif) ibadah haji dan umrah dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, setiap Ramadan di Arab Saudi, semua orang kaya Arab
berlomba-lomba bersedekah. Makanan dan minuman yang disuguhkan kepada
jemaah harganya cukup berkelas.
Di sini, menu buka puasa disajikan dengan aneka makanan yang lezat
dan menggugah selera. Sebut saja kurma madu hingga kurma ajzwa (kurma
nabi), roti Mesir, roti Yaman, susu kaleng Marogi, minuman jus buah, dan
pisang Mesir.
Berbagai makanan dan minuman itu disediakan secara gratis dan
jor-joran. Sehingga, masing-masing jemaah yang ingin berbuka bisa
memilih lokasi yang paling disukai.
“Setiap menjelang berbuka di Bulan Ramadan, masyarakat Arab Saudi
berlomba-lomba melakukan sedekah sebanyak-banyaknya. Makanan dan minuman
yang paling mewah sekalipun tersaji dan digelar membentuk shaf
(barisan) di dalam dan luar dua masjid agung itu,” jelas Nuruddin, yang
sudah lima tahun berada di Arab Saudi, kepada Tribunnews.com, Minggu
(29/7/2012).
Sebelum waktu salat magrib tiba, lanjutnya, 1-2 jam pesedekah sudah menyiapkan aneka makanan dan minuman yang terbaik.
Mereka biasanya datang lengkap dengan asisten dan karyawannya, paling
sedikit berjumlah lima orang. Asisten ini bertugas mengusung dan
membawa puluhan kilo makanan atau minuman ke dalam masjid.
Namun, sebelum makanan dihidangkan, para asisten sudah menyisir seluruh ruangan di dua masjid. Mereka membentangkan alas seperti terpal, plastik, atau kain untuk
menghidangkannya. Di sinilah biasanya para pesedekah sering beradu mulut
dengan pesedekah lain.
Mereka berkompetisi agar hidangan yang disuguhkan selama jelang berbuka, bisa habis dilahap jemaah. Untuk itu, para pesedekah sebisa mungkin mencari lokasi di seluruh
penjuru ruangan dalam masjid. Bila terlihat kosong, maka asiten dan
pesedekah langsung menggelar kainnya.
Di situlah aneka hidangan diberikan kepada jemaah secara gratis.
Bahkan, jika mereka ingin membawa makanan dan minumannya pulang ke rumah
atau hotel, juga dipersilakan. “Makanan dan minuman didatangkan dengan jumlah yang sangat besar.
Siapapun boleh memakannya dengan sepuas-puasnya atau dibawa pulang.
Pemandangan ini setiap hari terjadi, dan semakin hari semakin banyak
makanan dan minuman yang disajikan,” ungkap Nururddin.
Tribunnews.com yang berada di lokasi Masjid Nabawi sejak Minggu, menyaksikan aktivitas yang sangat istimewa ini. Di halaman dalam dan luar Masjid Nabawi (seluas sekitar 8 hektare), saat menjelang berbuka selalu penuh sesak. Jemaah menyesaki lokasi untuk ikut berbuka puasa, dan pesedekah yang
jumlahnya ratusan orang hanya membagi-bagikan makanan dan minuman
gratis.
Sebelum buka puasa (ifthor jama’i) dilangsungkan, para jemaah dari seluruh dunia bisa memilih tempat lebih dulu. Tak ketinggalan, drum-drum berisi air zam-zam juga disediakan di
masing-masing lokasi yang sudah ditetapkan. Ini agar setelah jemaah
menyantap berbuka dan ingin meminum zam-zam, bisa lebih mudah
menjangkaunya. (*)
Laporan Candra P Pusponegoro dari Madinah
TRIBUNNEWS.COM,
No comments:
Post a Comment