Pangeran Bandar bin Sultan. |
TEMPO.CO, Riyadh
- Pelayan Dua Masjid Suci Raja Abdullah bin Abdul Aziz menunjuk bekas
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Pangeran Bandar bin Sultan,
sebagai Kepala Dinas Intelijen menggantikan Pangeran Muqrin bin
Abdulaziz. Demikian kabar dari media Saudi, Kamis, 19 Juli 2012.
Selanjutnya, papar televisi Saudi, Pangeran Muqrin akan menduduki
jabatan sebagai penasihat Raja dan utusan khusus Raja Abdullah.
Selain menjadi Kepala Dinas Intelijen, Pangeran Bandar yang juga putra almarhum Putra Mahkota Sultan bin Abdul Aziz akan menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional. "Kerajaan menunjuk bekas duta besar Kerajaan menjadi Kepala Dinas Intelijen dan Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional."
Pangeran Bandar merupakan duta besar Kerajaan untuk Washington selama 22 tahun, termasuk ketika terjadi Perang Teluk dan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Posisi Arab Saudi terkunci oleh kekuatan regional Iran atas perannya di Bahrain, Irak, dan Libanon. "Ada perasaan kebutuhan kami meningkatkan kemampuan intelijen, dan Bandar memiliki sejarah soal ini," ujar Jamal Khashoggi, pengamat politik Saudi.
"Kami sedang menyaksikan dimulainya era baru di Timur Tengah bersama kolapsnya Presiden Suriah (Bashar al-Assad). Kami mengkhawatirkan masalah di Yordania dan Libanon," ujarnya.
Bandar pernah mengepalai Dewan Keamanan Nasional Arab Saudi selama tujuh tahun, tetapi dia mundur dari penampilan publik sejak meninggalkan posnya di Washington pada 2005.
"Dia sangat paham atas posisinya mengepalai Dewan Keamanan Nasional dan sangat piawai terhadap masalah-masalah intelijen. Dia juga terlibat dalam keamanan Saudi selama sepuluh tahun terakhir ini," kata Robert Jordan, Duta Besar Amerika Serikat di Riyadh pada 2001-2003.
Jordan yang juga pernah bekerja sama dengan Pangeran Bandar selama menjadi duta besar menggambarkan bahwa Pangeran Bandar merupakan "duta besar antar-jemput" yang berhasil mempererat hubungan antara Washington dan sekutu terdekatnya, Arab Saudi. Pangeran Bandar adalah anak dari Putra Mahkota Pangeran Sultan, yang meninggal pada Oktober tahun lalu, selaku Menteri Pertahanan Arab Saudi selama lima dekade.
ARAB NEWS | AL ARABIYA NEWS | CHOIRUL
Selain menjadi Kepala Dinas Intelijen, Pangeran Bandar yang juga putra almarhum Putra Mahkota Sultan bin Abdul Aziz akan menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional. "Kerajaan menunjuk bekas duta besar Kerajaan menjadi Kepala Dinas Intelijen dan Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional."
Pangeran Bandar merupakan duta besar Kerajaan untuk Washington selama 22 tahun, termasuk ketika terjadi Perang Teluk dan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Posisi Arab Saudi terkunci oleh kekuatan regional Iran atas perannya di Bahrain, Irak, dan Libanon. "Ada perasaan kebutuhan kami meningkatkan kemampuan intelijen, dan Bandar memiliki sejarah soal ini," ujar Jamal Khashoggi, pengamat politik Saudi.
"Kami sedang menyaksikan dimulainya era baru di Timur Tengah bersama kolapsnya Presiden Suriah (Bashar al-Assad). Kami mengkhawatirkan masalah di Yordania dan Libanon," ujarnya.
Bandar pernah mengepalai Dewan Keamanan Nasional Arab Saudi selama tujuh tahun, tetapi dia mundur dari penampilan publik sejak meninggalkan posnya di Washington pada 2005.
"Dia sangat paham atas posisinya mengepalai Dewan Keamanan Nasional dan sangat piawai terhadap masalah-masalah intelijen. Dia juga terlibat dalam keamanan Saudi selama sepuluh tahun terakhir ini," kata Robert Jordan, Duta Besar Amerika Serikat di Riyadh pada 2001-2003.
Jordan yang juga pernah bekerja sama dengan Pangeran Bandar selama menjadi duta besar menggambarkan bahwa Pangeran Bandar merupakan "duta besar antar-jemput" yang berhasil mempererat hubungan antara Washington dan sekutu terdekatnya, Arab Saudi. Pangeran Bandar adalah anak dari Putra Mahkota Pangeran Sultan, yang meninggal pada Oktober tahun lalu, selaku Menteri Pertahanan Arab Saudi selama lima dekade.
ARAB NEWS | AL ARABIYA NEWS | CHOIRUL
No comments:
Post a Comment