Oleh : Ustadz Bachtiar Nasir
Ustadz,
saya mau bertanya, apa yang dimaksud dengan aliran Wahabi? Mengapa
teroris sering dikait-kaitkan dengan Wahabi? Bahkan di daerah kami,
orang yang tidak ikut melakukan tahlilan dianggap Wahabi. Mohon
penjelasannya, Ustadz.
Triono, Cepu, Jateng
Jawaban :
Istilah aliran Wahabi diambil dari nama Syeikh Muhammad bin Abdul
Wahhab bin Sulayman at-Tamimi al-Najdi, dilahirkan di Uyaynah pada
1115-1206 Hijriah atau 1703-1791 Masehi. Beliau telah menghafal Al-Quran
sejak usia 10 tahun dan mendalami fikih Mazhab Hambali.
Takdir Allah SWT menetapkan beliau hidup di sebuah lingkungan Islam
yang nyaris hancur. Terutama di tengah orang-orang Nejed pada
pertengahan abad ke-12 Hijriah. Khurafat dan bidah telah menjadi
kehidupan mayoritas masyarakat di sekitar beliau. Penguasa bertuhankan
hawa nafsu yang tunduk pada dukun dan tukang sihir.
Sementara itu, pemuka agama penyebar syirik serta bidah telah
menjadikan kuburan orang saleh sebagai pusat-pusat ibadah yang ramai
dipuja, budaya takhayul, dan menyimpan jimat-jimat serta membaca mantera
atas nama agama telah menjadi budaya masyarakat. Membuat orang-orang
saleh tak sanggup bertahan di lingkungan seperti itu.
Gerakan dakwah beliau yang menitikberatkan pada pembentukan akidah
berdasarkan Al-Quran dan sunah, berjuang melakukan pemberantasan syirik,
bidah, dan khurafat di seantero Nejed dan sekitarnya. Hal ini dapat
kita baca dalam Kitabut Tauhid karya beliau.
Materi-materi dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab banyak diilhami
karya-karya Imam Ahmad Ibnu Hanbal ( 164-241 H ) , Imam Ibnu Taimiyah (
661-728 H) , Imam Ibnu Qayyim Aljawziyah ( 691-751 H ), dan lain-lain.
Dakwah beliau disambut hangat oleh masyarakat. Bahkan, beliau diangkat
sebagai guru dan orang terhormat oleh Pangeran Muhammad bin Su`ud yang
berkuasa ( 1139-1179 H ).Lebih dari itu, dakwah beliau kemudian menjadi standar gerakan dakwah
pada masa itu. Dakwah beliau dijadikan standar dakwah nasional di
seluruh wilayah Arab Saudi sampai hari ini.
Di Indonesia dan beberapa belahan dunia Islam lainnya, gerakan ala
Muhammad bin Abdul Wahhab ini kerap mengalami tentangan sebagaimana yang
terjadi pada masa awalnya dulu.
Untuk saat ini bisa jadi akan lebih berat lagi mengingat stigma yang
telanjur dilekatkan kepadanya sebagai gerakan radikal, aliran
menyimpang, dan lain-lain. Tuduhan ini banyak pula yang datangnya dari
lingkungan orang-orang Islam sendiri.
Untuk konteks Indonesia yang pemikiran umatnya sudah berkembang,
stigma radikalisme Wahabi lebih dipengaruhi pola atau cara dakwah
‘oknum’ yang ‘tidak ramah lingkungan’ karena tidak mengindahkan budaya
Indonesia yang cenderung dialogis, perasa, dan menyukai kedamaian bukan
perdebatan dan kekerasan. Wallahu a’lam bish shawab. .■
No comments:
Post a Comment