Saya sedikit terusik dengan sebuah tulisan Nuruddin Al-Indunissy yang bersumber dari website eramuslim
yaitu terusik karena setelah tershare banyak via facebook terjadi
banyaknya komentar yang kemudian menyalahkan dan mendeskreditkan
pemerintah Saudi arabia atas pembangunan pembangunan sekitar masjidil
Haram Makkah Al Mukaromah, beliau yaitu Bapak Nuruddin Al-Indunissy
berpendapat bahwa pembangunan pembangunan gedung gedung di sekitar
masjid haram adalah sebuah keserakahan.
Beliau mengutip sebuah hadits Rosulullah SAW yang diriwayatkan Umar Radiyallahu Anhu yang menceritakan ketika Nabiyullah Muhammad Salallahualaihi Wassalam, didatangi malaikat Jibril Alaihissalam di depan Umar dan Para sahabat. Saat itu Allah Tabarokawataala menguji Rasulillah saw. dengan beberapa pertanyaan yang disampaikan malaikat Jibril yang menjelma sebagai manusia:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.”(HR. Muslim).
Pemikiran Penulis Tanda Tanda Kiamat Di Masjidil Haram tersebut mengaburkan hadits hadits lain yang menceritakan tanda tanda kiamat yang justru seharusnya menjadi ladang dakwah beliau dan seluruh umat muslim, diantaranya adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Artinya : Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mau mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja”.[Hadits Riwayat Ahmad. Musnad Ahmad 5:326. Ahmad Syakir berkata 'Isnadnya Shahih'].
Kemudian hadits lain yang harusnya perlu digaris bawahi adalah bersabda Rasulullah s.a.w.: “Sudah hampir tiba suatu masa, di mana tidak tinggal lagi daripada Islam itu kecuali hanya namanya, tidak tinggal daripada al-Quran itu kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka tersergam indah, tetapi ia kosong daripada hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong (naungan) langit. Daripada merekalah berpuncak fitnah, dan kepada merekalah fitnah itu akan kembali.” (Hadis riwayat al-Baihaqi)
Dua contoh hadits di atas lebih memiliki nilai dakwah daripada menukil hadits tentang berlomba lomba membangun gedung bertingkat, sebab hadits yang di nukilnya merupakan ibroh atau pelajaran bahwa tanda tanda kiamat akan datang dengan ciri demikian tanpa harus menyalahkan pembangunan itu sendiri bahkan cenderung menghakimi. Pembangunan pembangunan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi dari jaman ke jaman sejatinya adalah untuk kemaslahatan umat, hadits yang mirip dengan hadits yang di kutip beliau di atas salah satu diantaranya adalah hadits “Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya, tetapi dia tidak mendapatkan seorang pun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi murujan wa anharan.” Sebagian menerjemahkan kata murujan wa anharan dengan: Subur lagi makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai.”
Ciri ciri yang disampaikan hadits ini memang sudah terbukti ada dimana negara negara arab berlomba lomba melakukan penghijauan dan juga membuat sungai atau danau buatan tak lain dan tak bukan adalah juga untuk kemaslahatan umat, tapi kita tidak bisa menyalahkan si pembuatnya dengan melarangnya karena jika tidak membuat seperti itu yakin kiamat tidak segera datang. dan seharusnya Bapak penulis lebih menekankan umat untuk segera dan bersungguh sungguh mendekatkan diri kepada Allah SW.
Sebagai Catatan gedung gedung baru itu sama sekali tidak mendesak Masjidil haram, tapi justru masjidil haram itu sekarang mampu menampung jutaan umat muslim dari seluruh dunia yang populasinya terus bertambah, bukan pelataran masjid yang menyempit oleh bangunan bangunan yang kata beliau angkuh itu tapi justru pelataran itu semakin luas dan nyaman.
Kabah, Bangunan persegi yang dibangun sejak jaman Nabi Ibrahim AS masih kokoh di tempatnya, Maqam Ibrahim tempat berdirinya Ibrahim AS ketika mendirikan Kabah masih utuh hingga sekarang, bahkan hajar Aswad yang pernah hilang dari tempatnya terjaga 24 jam oleh para askar yang bergilir menjaganya. Halaman untuk thawaf di perluas bahkan sekarang jamaah bisa melakukannya di lantai 2 dan lantai atas masjid. Untuk Sholat jika di dalam penuh jamaah bisa melakukannya di luar masjid yaitu pelataran hingga pagar yang mengelilingi masjid, semua itu tak lain adalah demi tertampungnya jamaah dari seluruh pelosok bumi yang melakukan ibadah di masjid Haram.
Safa dan marwah bisa dilakukan di beberapa lantai ,yaitu di lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3 dan lantai 4 dilengkapi dengan lift dan escalator, mewah memang tapi semua itu adalah untuk mempermudah jamaah dalam beribadah kepada Allah SWT, bisa dibayangkan dengan populasi umat islam yang terus bertambah tanpa pembangunan fasilitas fasilitas tersebut sangat rawan terjadinya kecelakaan seperti sebelumnya.
Lempar Jumrohpun jamaah bisa lebih leluasa tanpa harus berdesakan sebab pemerintah saudi membangun 5 tingkat sehingga jamaah tidak perlu berebutan hanya kepada satu tempat tapi jamaah bisa melakukannya di berbagai lantai.
Kemudian setelah jumroh jamaah bisa langsung menuju kabah untuk melakukan thawaf ifadah atau tawaf wada melewati terowongan yang hanya berjarak tak lebih dari 200 meter, dan bayangkan jika pemerintah saudi tidak membangun terowongan bisa dipastikan jutaan jamaah serentak menuju kabah memutar melewati gunung yang berjarak lebih dari 5 km, bahkan sekarang tersedia Kereta api untuk mengangku jamaah dari mina menuju arafah atau sebaliknya.
Untuk jam besar yang kemudian menjadi titik fokus tulisan bapak Nurudin, saya berpendapat justru Jam ini memudahkan jamaah di seluruh kota makkah sehingga bisa melihat dan mendengar waktu sholat, juga selain itu Kabah di yakini merupakan pusat bumi, sehingga sudah saatnya umat Islam berpatokan terhadap Waktu Kabah bukan GMT ( Greenwich Mean Time ) seperti yang selama ini kita berpatokan.
Semoga tulisan ini bermanfaat, bukan untuk menjatuhkan penulis yaitu bapak Nuruddin Al-Indunissy tapi semata mata agar Kita bisa membedakan mana tanda tanda kiamat yang perlu dijadikan ibroh dan mana tanda tanda kiamat yang dijadikan ladang dakwah yang kemudian kita menghindari dan memperbaikinya,tapi bukan hal tersebut bisa menghambat kiamat tiba lebih cepat tapi semua itu menjadikan kita lebih mawas diri bahwa kita berada di jaman dimana kiamat sewaktu waktu akan datang …
Wallahu alam bishowab..
Assalamu Alaikum Wr wb…
http://www.kompasiana.com/jiddan
Beliau mengutip sebuah hadits Rosulullah SAW yang diriwayatkan Umar Radiyallahu Anhu yang menceritakan ketika Nabiyullah Muhammad Salallahualaihi Wassalam, didatangi malaikat Jibril Alaihissalam di depan Umar dan Para sahabat. Saat itu Allah Tabarokawataala menguji Rasulillah saw. dengan beberapa pertanyaan yang disampaikan malaikat Jibril yang menjelma sebagai manusia:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.”(HR. Muslim).
Pemikiran Penulis Tanda Tanda Kiamat Di Masjidil Haram tersebut mengaburkan hadits hadits lain yang menceritakan tanda tanda kiamat yang justru seharusnya menjadi ladang dakwah beliau dan seluruh umat muslim, diantaranya adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Artinya : Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mau mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja”.[Hadits Riwayat Ahmad. Musnad Ahmad 5:326. Ahmad Syakir berkata 'Isnadnya Shahih'].
Kemudian hadits lain yang harusnya perlu digaris bawahi adalah bersabda Rasulullah s.a.w.: “Sudah hampir tiba suatu masa, di mana tidak tinggal lagi daripada Islam itu kecuali hanya namanya, tidak tinggal daripada al-Quran itu kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka tersergam indah, tetapi ia kosong daripada hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong (naungan) langit. Daripada merekalah berpuncak fitnah, dan kepada merekalah fitnah itu akan kembali.” (Hadis riwayat al-Baihaqi)
Dua contoh hadits di atas lebih memiliki nilai dakwah daripada menukil hadits tentang berlomba lomba membangun gedung bertingkat, sebab hadits yang di nukilnya merupakan ibroh atau pelajaran bahwa tanda tanda kiamat akan datang dengan ciri demikian tanpa harus menyalahkan pembangunan itu sendiri bahkan cenderung menghakimi. Pembangunan pembangunan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi dari jaman ke jaman sejatinya adalah untuk kemaslahatan umat, hadits yang mirip dengan hadits yang di kutip beliau di atas salah satu diantaranya adalah hadits “Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya, tetapi dia tidak mendapatkan seorang pun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi murujan wa anharan.” Sebagian menerjemahkan kata murujan wa anharan dengan: Subur lagi makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai.”
Ciri ciri yang disampaikan hadits ini memang sudah terbukti ada dimana negara negara arab berlomba lomba melakukan penghijauan dan juga membuat sungai atau danau buatan tak lain dan tak bukan adalah juga untuk kemaslahatan umat, tapi kita tidak bisa menyalahkan si pembuatnya dengan melarangnya karena jika tidak membuat seperti itu yakin kiamat tidak segera datang. dan seharusnya Bapak penulis lebih menekankan umat untuk segera dan bersungguh sungguh mendekatkan diri kepada Allah SW.
Sebagai Catatan gedung gedung baru itu sama sekali tidak mendesak Masjidil haram, tapi justru masjidil haram itu sekarang mampu menampung jutaan umat muslim dari seluruh dunia yang populasinya terus bertambah, bukan pelataran masjid yang menyempit oleh bangunan bangunan yang kata beliau angkuh itu tapi justru pelataran itu semakin luas dan nyaman.
Kabah, Bangunan persegi yang dibangun sejak jaman Nabi Ibrahim AS masih kokoh di tempatnya, Maqam Ibrahim tempat berdirinya Ibrahim AS ketika mendirikan Kabah masih utuh hingga sekarang, bahkan hajar Aswad yang pernah hilang dari tempatnya terjaga 24 jam oleh para askar yang bergilir menjaganya. Halaman untuk thawaf di perluas bahkan sekarang jamaah bisa melakukannya di lantai 2 dan lantai atas masjid. Untuk Sholat jika di dalam penuh jamaah bisa melakukannya di luar masjid yaitu pelataran hingga pagar yang mengelilingi masjid, semua itu tak lain adalah demi tertampungnya jamaah dari seluruh pelosok bumi yang melakukan ibadah di masjid Haram.
Safa dan marwah bisa dilakukan di beberapa lantai ,yaitu di lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3 dan lantai 4 dilengkapi dengan lift dan escalator, mewah memang tapi semua itu adalah untuk mempermudah jamaah dalam beribadah kepada Allah SWT, bisa dibayangkan dengan populasi umat islam yang terus bertambah tanpa pembangunan fasilitas fasilitas tersebut sangat rawan terjadinya kecelakaan seperti sebelumnya.
Lempar Jumrohpun jamaah bisa lebih leluasa tanpa harus berdesakan sebab pemerintah saudi membangun 5 tingkat sehingga jamaah tidak perlu berebutan hanya kepada satu tempat tapi jamaah bisa melakukannya di berbagai lantai.
Kemudian setelah jumroh jamaah bisa langsung menuju kabah untuk melakukan thawaf ifadah atau tawaf wada melewati terowongan yang hanya berjarak tak lebih dari 200 meter, dan bayangkan jika pemerintah saudi tidak membangun terowongan bisa dipastikan jutaan jamaah serentak menuju kabah memutar melewati gunung yang berjarak lebih dari 5 km, bahkan sekarang tersedia Kereta api untuk mengangku jamaah dari mina menuju arafah atau sebaliknya.
Untuk jam besar yang kemudian menjadi titik fokus tulisan bapak Nurudin, saya berpendapat justru Jam ini memudahkan jamaah di seluruh kota makkah sehingga bisa melihat dan mendengar waktu sholat, juga selain itu Kabah di yakini merupakan pusat bumi, sehingga sudah saatnya umat Islam berpatokan terhadap Waktu Kabah bukan GMT ( Greenwich Mean Time ) seperti yang selama ini kita berpatokan.
Semoga tulisan ini bermanfaat, bukan untuk menjatuhkan penulis yaitu bapak Nuruddin Al-Indunissy tapi semata mata agar Kita bisa membedakan mana tanda tanda kiamat yang perlu dijadikan ibroh dan mana tanda tanda kiamat yang dijadikan ladang dakwah yang kemudian kita menghindari dan memperbaikinya,tapi bukan hal tersebut bisa menghambat kiamat tiba lebih cepat tapi semua itu menjadikan kita lebih mawas diri bahwa kita berada di jaman dimana kiamat sewaktu waktu akan datang …
Wallahu alam bishowab..
Assalamu Alaikum Wr wb…
http://www.kompasiana.com/jiddan
No comments:
Post a Comment