Selapajang,
BNP2TKI (9/1) Kesulitan hidup berupa hutang telah mendorong Taryadi (41
th) yang tinggal di desa Dukuh, Rt. 06/ Rw. 02 Blok B, Kecamatan
Indramayu, Kabupaten Indramayu untuk segera berangkata bekerja di luar
negeri. Hutang itu berasal dari kecelakaan lalu lintas yang dialaminya
saat mobil truk yang dipadati dengan sanak keluarga untuk keperluan
hajatan perkawinan. Truk yang ia kendarai bertabrakan dengan kendaraan
lain dan menyebabbkan beberapa penumpang truk tewas seketika dan lainnya
luka-luka.
Akibatnya tabrakan maut itu, polisi Indramayu pun kemudian
memenjarakan dia selama beberapa bulan atas tuduhan lalai mengendarai
hingga menyebabkan kematian para penumpang.
“Saya tidak lama di
penjara karena korban masih anggota keluarga saya”, kenang Taryadi
ditemui di Balai Pelayanan Kepulangan TKI (BPKTKI) Selapajang, Sabtu
(7/1).
Usai enam bulan di Taryadi penjara, Taryadi pun membuat
keputusan penting terkait hutang yang ia harus bayar paska tabrakan maut
di Indramayu itu. Menurutnya, jika hanya mengandalkan gaji yang sama
sebagai supir truk di Indramayu, ia yakin tidak akan mempu melunasi
hutang-hutangnya.
Tahun 2010, Taryadi dan istrinya, Komariah
memutuskan untuk pergi bekerja di luar negeri. Melalui PT. Prolifindo
Adhi Perdana di Jakarta, keduanya ditempatkan di Riyadh, Arab Saudi
dengan masa kontrak selama 2 (dua) tahun bekerja. Taryadi bekerja
sebagai supir sedangkan istrinya sebagai Penata Laksana Rumah Tangga
(PLRT) di rumah majikan yang sama dengan suaminya, Syekh Talud Al
Zuhaim. Menurutnya, nama Al Zuhaim terkenal sebagai nama keluarga kaya
yang cukup terpandang di kota itu.
Taryadi menceritakan, walau
profesinya sebagai supir namun dia juga mengerjakan pekerjaan rumah yang
lain seperti merawat tanaman. Keduanya sering bekerja hingga larut
malam alias lembur. Istrinya, pergi kerja dari pukul 5.00 pagi dan
pulang hingga jam 2.00 dini hari. Kebetulan dia dan istri melayani
beberapa rumah keluarga majikannya.
“Tak jadi soal kita kerja lembur asalkan diperlakukan dengan baik,” ujarnya.
Taryadi
mengakui, perlakukan majikan dan keluarga besar Al Zuhaim sangat baik
terhadap ia dan istrinya. Salah satu kebaikan itu keduanya mendapatkan
bonus dari majikannya untuk menunaikan ibadah haji di tahun 2010.
Sebagai
supir, kata Suryadi, dia dibayar per bulan 1.000 Riyal sementara
istrinya dibayar 800 Riyal perbulan. Dari gajinya ini, dia sudah bisa
mengatasn permaslahan hutang di kampung halamannya. Selain itu, dia juga
berhasil membawa pulang hingga 10.000 real.
“Saya dan istri
merasakan keberkahan bekerja di tanah Suci. Saya semakin rajin sholat
tahajud, dhuha, sholat taubah,” aku Suryadi yang kini tampil dengan
jenggot khas jamaah Ahlus Sunnah Waljama (Salafi).
Kepada
pemerintah, Suryadi mengusulkan perlunya kenaikan upah bekerja sebagai
supir di Arab Saudi. Pasalnya, jam kerja supir sangat panjang dan rute
perjalanan jauh dan beresiko pula. Selain itu, ia mengharapkan agara
KBRI Jeddah cepat merespon setiap laporan yang masuk.
Ditanya
keinginan untuk kembali lagi kerja di Arab Saudi, Suryadi mengatakan
cukup sekali saja dan tidak ada keinginan untuk kembali lagi. Dari
tabungannya 10.000 Riyal ini, Tarydi yang memiliki 2 orang berusia anak
15 tahun dan 2 tahun ini dari perkawinannya dengan Komariah dengan 2
berencana untuk membeli sebuah mobil angkutan untuk profesinya
sehari-hari. Selebihnya, tabungan itu akan ia simpan untuk kebutuhan
sekolah anak-anaknya dan keperluan hidupa sehari-harinya. (zul/anto).
bnp2tki.go.id
|
Wednesday, January 11, 2012
Taryadi Jadi Supir di Saudi Kumpul 10 Ribu Riyal
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment