Sekilas keduanya nampak sama. Namun, latar belakang lahirnya kedua
istilah itu sungguh bertolak belakang 180 derajat. Istilah salafi lahir
sebagai identifikasi sebuah gerakan pemurnian Islam sebagaimana yang
diajarkan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Kata salaf sendiri
berarti “yang terdahulu”. Dalam hal ini pengertian salaf (yang
terdahulu) adalah generasi Sahabat Nabi, Tabiin, dan Tabiut Tabiin.
Pengertian itu merujuk kepada sebuah hadis Nabi SAW yang berbunyi,
“Sebaik - baik generasi adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian
sesudahnya lagi, kemudian sesudahnya lagi”. Jadi, salafiyah adalah
ajaran Islam yang merujuk kepada Al-Qur’an dan As Sunnah berdasarkan
pemahaman salafus shalih (tiga generasi awal). Orang - orang yang
mengikuti ajaran salafiyah disebut dengan salafi.
Apa beda Salafiyah dengan Ahlus Sunnah?
Secara umum umat Islam awam mengartikan Ahlus Sunnah sebagai :
1. Golongan mayoritas
2. Golongan yang selamat, dalam artian bukan salah satu dari 72
golongan yang terancam api neraka sebagaimana dinyatakan dalam sebuah
hadis terkenal tentang perpecahan umat.
3. Lawan dari Syiah.
Dewasa ini media kerap mengartikan Ahlus Sunah (pengikutnya disebut
Sunni) sebagai semua lawan dari kaum syiah yang masih termasuk kaum
muslimin. Padahal, kalau kita cermati pihak - pihak yang berlawanan
dengan Syiah sangat banyak dengan aqidah yang berbeda - beda pula.
4. Paham yang dinisbatkan kepada Imam Abu Hasan al Asy’ary(Asy’ariah)
dan Abu Mansur al Maturidi (Maturidiah). Definisi keempat ini banyak
tertulis di pelbagai buku Pendidikan Agama Islam SMA dan Perguruan
Tinggi. Salah satu buku terkenal yang menyatakan demikian adalah
“Teologi Islam” karya Dr. Harun Nasution.
Dari beberapa
definisi di atas, hanya poin nomor 3 yang benar. Adapun poin 4 yang
banyak diamini oleh kalangan akademisi jelas salah 100%. Paham
Asy’ariah yang oleh masyarakat luas dikenal sebagai Ahlus Sunnah,
justru berasal dari pemikiran Imam Abu Hasan al Asy’ari ketika beliau
mengalami pergolakan batin dalam mencari kebenaran. Akhirnya Imam Abu
Hasan al Asy’ari bertobat dan kembali kepada ajaran Islam sebagaimana
dipahami generasi salafus shalih. ajaran paham Asy’ariah yang terkenal
adalah :
1. membatasi sifat Allah dengan 20 sifat wajib sebagaimana kita kenal seperti wujud, qidam. baqa’, mukhalafatu lil khawaditsi, dst. Penetapan yang demikian tidak pernah dilakukan oleh kalangan Sahabat Nabi yang paling memahami ajaran Islam.
2. mentakwilkan beberapa sifat Allah, seperti “tangan ” Allah
ditakwilkan menjadi kekuasaan Allah, “wajah” Allah ditakwilkan sebagai
Ilmu Allah, dan sebagainya. Pentakwilkan semacam ini tidak pernah
dilakukan oleh para Sahabat Nabi yang telah ditetapkan Rasulullah
sebagai generasi terbaik. Para Sahabat Nabi mengimani semua sifat -
sifat Allah tanpa mentakwilkan, meniadakan, menanyakan bagaimana, serta
menyerupakan dengan makhluk. Dengan kata lain mereka meyakini, benar
bahwa Allah memiliki tangan, wajah sebagaimana telah dinyatakan dalam
Al-Qur’an dan As Sunnah, namun tangan Allah, wajah Allah tidak sama
dengan makhluk. Mahasuci Allah dari hal yang demikian.
Terminologi Ahlus Sunnah baru populer setelah abad III Hijriah, untuk
membedakannya dengan berbagai sekte menyimpang semisal Khawarij, Syiah,
Muktazilah, Jabariyah, dan Qadariyah. Dengan kata lain terminologi
Ahlus Sunnah digunakan sebagai penegasan tentang ajaran Islam murni
sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para Sahabat.
Seiring perjalanan waktu kian banyak berbagi pergerakan Islam, partai,
organisasi yang mengklaim berazaskan Ahlus Sunnah. Namun faktanya, tak
sedikit dari berbagai kelompok tersebut yang dalam aqidahnya,
metodologinya, atau tujuan dakwahnya melenceng dari ajaran Ahlus Sunnah
yang sesungguhnya. Sebuah ormas besar yang mengklaim sebagai penggerak
dakwah Ahlus Sunnah, nyatanya ormas tersebut lebih banyak melestarikan
berbagai ajaran syirik, bid’ah, dan pengkultusan terhadap kyai yang
amat bertentangan dengan ajaran Ahlus Sunnah itu sendiri. Oleh karena
itu, untuk membedakan Ahlus Sunnah yang sungguhan dengan Ahlus Sunnah
yang hanya sebatas lebel digunakanlah istilah Salafiyah. Jadi,
salafiyah hakekatnya merupakan sebutan lain dari Ahlus Sunnah Wal
Jamaah untuk membedakannya dari Ahlul Bid’ah Wal Jamaah.
Apa beda Salafi dengan Wahabi?
Istilah wahabi dinisbatkan kepada Syaikh Muhamad bin Abdul Wahab at
Tamimi, seorang ulama besar dari Hijaz yang berjuang menegakkan tauhid
memberantas kesyrikan di semenanjung Arabia. Dilihat dari penyebutannya
saja istilah ini sudah rancu, lantaran kata wahabiyah justru mengacu
pada ayah Syaikh Muhamad at Tamimi sebagai penggerak dakwah yang bernama
Abdul Wahab. Jika mau fair, harusnya dakwah beliau disebut Muhamadiyah
sesuai dengan nama tokohnya. Akan tetapi jika nama itu yang digunakan,
maka tujuan pemunculan istilah tersebut sebagai alat penggiring opini
negatif terhadap dakwah beliau takkan pernah terwujud.
Dapat
dipastikan istilah wahabiyah sengaja dimunculkan oleh pihak - pihak
yang tak menyenangi dakwah beliau baik dari kalangan kafir maupun dari
kalangan kaum muslimin itu sendiri. Tak cukup dengan sekedar penciptaan
opini, musuh - musuh dakwah tauhid bahkan menciptakan sejarah palsu
tentang dakwah beliau . Wahabi selalu diidentikkan dengan kekerasan,
kebrutalan, dan jejak berdarah. Saat ini pun, ketika terjadi teror yang
mengguncang tanah air sebagian orang langsung menuduh wahabi sebagai
biang keroknya. Apalagi bila pelakunya memiliki identitas jenggot,
jidat hitam, celana ngatung, dan istrinya bercadar. Tuduhan itu sungguh
tak berdasar.Pasalnya, dalam berbagai kitab yang ditulis oleh para
ulama yang dicap wahabi, justru menyerukan kepada kaum muslimin untuk
mentaati pemerintahnya. Tak main - main. Taat terhadap penguasa
merupakan salah satu pilar aqidah. Bahkan, Saudi Arabia yang dicap
sebagai tempat tumbuh berkembangnya wahabiyah justru sering menjadi
sasaran teror Al Qaida.
Sebetulnya penyebutan istilah wahabi
dengan konotasi negatif bukan barang baru di tanah air. Dulu, di masa
pemerintahan Hindia Belanda, istilah tersebut juga dimunculkan untuk
memberi stigma negatif para da’i yang menolak taklid terhadap mazhab
dan menolak pelestarian adat istiadat yang berbau kesyrikan. Para da’i
yang acapkali diberi stigma wahabi kala itu adalah mereka yang
tergabung dalam organisasi Muhamadiyah, Persis, dan Al Irsyad.
Jadi, apa beda salafi dengan wahabi? Perbedaannya adalah pada asal
muasal pemunculan istilah tersebut. Istilah Salafi dimunculkan sebagai
identitas atas sebuah dakwah tauhid yang menyeru kepada umat untuk
kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah berdasarkan pemahaman salafus
shalih. Sedangkan, istilah wahabi dimunculkan oleh musuh - musuh dakwah
tauhid baik dari golongan kafir maupun kaum muslimin sendiri yang kian
resah lantaran dakwah ini semakin berkembang dari hari ke hari.
Siapakah golongan umat Islam yang tak menghendaki dakwah tauhid ini
berkembang pesat menyinari hati para insan?
1. Kaum liberalis
yang memang selalu mengeluarkan fatwa - fatwa super nyeleneh seperti
bolehnya seorang muslimah menikahi pria di luar Islam, bolehnya
menghadiri perayaan Natal (ingat 25 Desember bukanlah hari
kelahiran Yesus, melainkan kelahiran Dewa Matahari dalam mitologi
romawi. Saking kentalnya pengaruh kultur Romsawi dalam ajaran Kristen,
sampai - sampai hari sabat yang harusnya jatuh hari sabtu diganti
dengan hari minggu yang merupakan hari kelahiran Dewa Matahari.
Sun=matahari, day=hari, Sunday=hari matahari), dsb
2. kalangan penyembah kubur, pengkultus kyai, dan semacamnya. Bila
dakwah tauhid berkembang, para kyai(Tidak semua kyai, namun memang ada
kyai jenis ini) akan kehilangan kedudukannya, penghasilannya, dan
kewibawaannya. Mengapa? Kyai (ada yang merangkap dukun) tak lagi
mendapat amplop dari orang - orang yang meminta doanya dalam berbagai
acara bid’ah, dan orang - orang yang yang meminta jimat darinya dengan
bayaran mahal. Praktek para kyai ini tak ubahnya seperti kelakuan para
pendeta yang menjual surat pengampunan dosa sebelum terjadinya Reformasi
Protestan.
Demikianlah sedikit tentang perbedaan latar
belakang lahirnya terminologi salafi dan wahabi, yang banyak orang
keliru dalam menyikapinya.
Muhamad Karyono
yasirmaster.blogspot.com
yasirmaster.blogspot.com
No comments:
Post a Comment