Melihat perkembangan kawasan arab dan negara negara afrika utara yang memanas yang dipelopori oleh Tunisia yang kemudian Mesir saya khawatir Arab saudi mengalami hal serupa, namun saya melihat kemustahilan jika Saudi arabia mengalami nasib serupa seperti halnya negara negara arab lainnya.
We need and love our King, Itulah kata yang diungkapkan orang orang saudi bahwa mereka sangat membutuhkan dan mencintai rajanya.
Kemustahilan itu bisa dimaklumi dimana kemakmuran rakyat saudi sangat di perhatikan bahkan warga asing yang berada di saudi menikmati kesejahteraan yang diberikan pemerintah setempat.
Subsidi pada berbagai sektor, serta tidak ada tax dalam kebijakan pemerintahannya menjadikan penduduk saudi merasa nyaman dan merasa dimanjakan, bagaimana tidak saya pun bingung sayuran, cabai, tomat, buah buahan semuanya ada baik di supermarket maupun pasar pasar tradisional harganyapun tak jauh dengan harga di Indonesia bahkan banyak yang lebih murah padahal sepanjang jalan yang saya lalui, gurun tandus nan panas yang tak mungkin sayuran dan buah buahan tersebut bisa tumbuh baik di situ.
Tanggal 26 Februari ditetapkan sebagai libur nasional , libur yang diberikan pemerintah kepada seluruh penduduk negeri atas kembalinya Raja Abdullah dari pengobatannya di Marocco selama 3 bulan bahkan saya menerima sms dari operator stc , lets pray for king dan pemberitahuan via email tentang libur nasional pada tanggal 26 february tersebut, sebuah apreseasi rakyat terhadap rajanya, mengagumkan.
Saya sempat bertanya kepada seorang teman saudi, Apakah Saudi Arabia tidak menginginkan perubahan seperti negara negara arab lain yang sekarang melakukan demonstrasi ?
Mereka menjawab.. No.. We Need and Love Our King…
Saya tersenyum dan berucap.. I Love him Too …
http://www.kompasiana.com/jiddan
No comments:
Post a Comment