DHAHRAN - Pemerintah Arab Saudi menyatakan kesiapannya
menggantikan suplai minyak dari Iran, jika Negeri Mullah itu, apabila
sanksi dari Amerika serikat dan sekutu diterapkan, yakni menghentikan
pembelian minyak dari Iran. Untuk mencukupi kebutuhan suplai minyak itu,
Arab Saudi akan menaikan produksi minyaknya mendekati angka 2 juta
barel per hari.
Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi, dalam wawancara dengan saluran televisi CNN, kemarin, menyebutkan ekspor minyak Iran diperkirakan sekitar 2,5 juta barel per hari sehingga penambahan produksi minyak Aran Saudi dapat menggantikan suplai minyak dari Iran Naimi mengungkapkan negaranya memiliki kapasitas cadangan yang cukup besar yakni mampu memproduksi 12,5 juta barel per hari.
Naimi menambahkan pihaknya siap mendongkrak produksi minyak hingga kapasitas maksimum untuk memenuhi lonjakan kebutuhan dunia. Wawancara Naimi dengan CNN dilakukan setelah Arab Saudi menandatangani kerja sama ketiga dengan Sinopec China untuk memasok 400.000 barel per hari dari pantai barat pelabuhan Yanbu pada tahun 2014.
Kesiapan Saudi ini diperkuat dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe, Kamis pekan lalu, yang mengatakan beberapa negara produsen minyak sudah menyatakan siap meningkatkan produksi minyak mereka untuk menjaga harga minyak dunia apabila Uni Eropa jadi mengumumkan embargo ini pada 23 Januari mendatang.
Terkait rencana penambahan produksi minyak Saudi itu, perwakilan Iran di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Mohammad Ali Khatibi, di Teheran, pekan ini, memperingatkan akan ada "konsekuensi tidak terduga" bagi negara-negara Arab yang nekat menaikkan produksi minyak untuk mengisi kekurangan pasar apabila Uni Eropa jadi mengembargo ekspor minyak Iran.
Negara-negara itu akan dianggap antek Barat. Namun demikian, ancaman Iran untuk menutup jalur vital minyak, yakni Selat Hormuz, jika embargo diterapkan, ditepis Sekjen PBB Ban Ki Moon. Dalam wawancara dengan CNN di Abu Dhabi, Senin, Dia mengatakan jalur transportasi minyak itu perlu dilindungi.
Iran harus mematuhi hukum internasional laut. Malapetaka Sementara itu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Rabu (18/1), di Moskwa menegaskan tujuan Barat menjatuhkan sanksi sebenarnya bukan untuk membuat Iran lebih transparan soal program nuklirnya, melainkan untuk menciptakan kerusuhan sosial.
"Sanksi sepihak tambahan atas Iran tak ada hubungannya dengan keinginan untuk memastikan agar rezim Iran tetap menaati perjanjian nonproliferasi nuklir," kata Lavrov kepada para wartawan, dalam acara briefing tahunan kebijakan luar negeri Rusia. eka/dng/AR-3
koran-jakarta.com
Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi, dalam wawancara dengan saluran televisi CNN, kemarin, menyebutkan ekspor minyak Iran diperkirakan sekitar 2,5 juta barel per hari sehingga penambahan produksi minyak Aran Saudi dapat menggantikan suplai minyak dari Iran Naimi mengungkapkan negaranya memiliki kapasitas cadangan yang cukup besar yakni mampu memproduksi 12,5 juta barel per hari.
Naimi menambahkan pihaknya siap mendongkrak produksi minyak hingga kapasitas maksimum untuk memenuhi lonjakan kebutuhan dunia. Wawancara Naimi dengan CNN dilakukan setelah Arab Saudi menandatangani kerja sama ketiga dengan Sinopec China untuk memasok 400.000 barel per hari dari pantai barat pelabuhan Yanbu pada tahun 2014.
Kesiapan Saudi ini diperkuat dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe, Kamis pekan lalu, yang mengatakan beberapa negara produsen minyak sudah menyatakan siap meningkatkan produksi minyak mereka untuk menjaga harga minyak dunia apabila Uni Eropa jadi mengumumkan embargo ini pada 23 Januari mendatang.
Terkait rencana penambahan produksi minyak Saudi itu, perwakilan Iran di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Mohammad Ali Khatibi, di Teheran, pekan ini, memperingatkan akan ada "konsekuensi tidak terduga" bagi negara-negara Arab yang nekat menaikkan produksi minyak untuk mengisi kekurangan pasar apabila Uni Eropa jadi mengembargo ekspor minyak Iran.
Negara-negara itu akan dianggap antek Barat. Namun demikian, ancaman Iran untuk menutup jalur vital minyak, yakni Selat Hormuz, jika embargo diterapkan, ditepis Sekjen PBB Ban Ki Moon. Dalam wawancara dengan CNN di Abu Dhabi, Senin, Dia mengatakan jalur transportasi minyak itu perlu dilindungi.
Iran harus mematuhi hukum internasional laut. Malapetaka Sementara itu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Rabu (18/1), di Moskwa menegaskan tujuan Barat menjatuhkan sanksi sebenarnya bukan untuk membuat Iran lebih transparan soal program nuklirnya, melainkan untuk menciptakan kerusuhan sosial.
"Sanksi sepihak tambahan atas Iran tak ada hubungannya dengan keinginan untuk memastikan agar rezim Iran tetap menaati perjanjian nonproliferasi nuklir," kata Lavrov kepada para wartawan, dalam acara briefing tahunan kebijakan luar negeri Rusia. eka/dng/AR-3
koran-jakarta.com
No comments:
Post a Comment